Terasa kesejukan menjalari seluruh tubuh
terasa kedamaian menyusuri setiap bagian tubuh
membaca kata demi kata
mengikuti ayunan kalimat demi kalimat
mengayun, membuai, menyusur
mengendap, lalu mengayun lalu
tenang, mengalir dalam kedamaian
dalam kepasrahan, dalam gerak melentur
mengikuti ayunan dan bergetar dalam getaran yang lembut
sedemikian lembutnya sampai tak terasa
namun sedemian kuat rasa yang ditimbulkannya
seolah hanya inilah yang bergetar
mengikuti irama dan makna yang disampaikan
takjub
…diam
terpesona
lalu
seolah “sang aku pun”
berkelana dengan fikiranku
sang fikiranpun lalu mengaku-aku
“aku merasakan pula apa yang diceritakan ini”
akupun mengalaminya, aku merasakannya
lalu “sang akupun” mulai menaksir dan membandingkannya
apakah rasa yang kurasakan sama dengan yang dia rasakan
lalu sang akupun mulai mengaku-aku
aku merasa lebih “merasakan”
rasa yang kurasakan lebih kuat, lebih bermakna dan lebih hebat
lebih lanjut lagi, aku mulai merasa tinggi dan besar
aku lebih hebat, aku lebih baik, aku lebih dekat
dengan sangat lembut, sedemikian lembutnya
sang aku mulai memakai “baju kebesaran kesombongan”
ternyata demikian pula ujungnya ketika sang aku yang mengaku
maka hanya dengan “menyerah” dan sebenar menyerah
yang akan tak lagi mengaku-aku
dalam sebuah istilah nan indah “ikhlas”
maka diri ini tak akan lagi “mengaku”
mulai melayang bersama daya yang tak diaku lagi
mulai menikmati rasa yang tak lagi diaku
apapun rasa yang ada
apapun yang terjadi
apapun yang dirasa
semua dalam sebuah keyakinan kuat: Dari Allah, bersama Allah
Sesungguhnya sholahku, hidupku dan matiku
adalah kepunyaan Allah
maka mengalirlah sang nafas
dalam sebuah aliran sederhana, mengikuti hukum-hukum yang meliputinya
ketika berada di alam materi: Maka sang nafaspun
bergerak menjadi oksigen dan berputar dalam siklus oksigen
yang terikat di dalam air (H20), yang terbang di dalam bentuk uap air
dan berubah bentuk dalam bentuk gas O2
berpindah dari satu makhluk ke makluk lain
maka nafasku adalah nafas alam
nafasku tergantung tumbuhan yang mengeluarkan oksigen
dan nafasku berpindah dari satu manusia ke manusia lain
dan nafasku berkelana menuju alam semesta
aku hanya sadar mengamati sang nafasku yang terus berputar
dalam sebuah “ketetapan yang mendahului”
– Kuperhatikan nafasku
• Diam…
• Pikiranku ikut diam.
• Perasaanku ikut tenang.
• Akupun ikut diam…
• Diam…
• Diam untuk menyerah…
• Menyerah kepada Sang Maha Diam.
• Menyerah untuk DIPENUHI…
• Dipenuhi oleh rasa bahagia yang amat sangat…
• Bahagia diatas bahagia…
• Bahagia diatas segala rasa bahagia yang pernah ada.
Mulai aku mengamati diamku
aku diam dan terus diam dalam sebuah “ketetapan yang mendahului”
ternyata nafasku telah ada dalam sebuah ikatan
dalam sebuah ketentuan, dalam sebuah ukuran
dan akupun harus rela dan harus patuh dalam ukuran tersebut
suka tidak suka, mau tidak mau ukuran itu dalam batasan bagi nafasku
aku dibatasi oleh gerak, aku dibatasi oleh ukuran
aku dibatasi oleh keadaan, aku dibatasi oleh lingkungan
maka akupun ingin menjelasakan dalam sebuah permisalan sederhana
ukuran dan ketetapanku, seandainya saja aku hanyalah sebuah pohon
pohon yang memiliki gerak terbatas,
dia hanya tumbuh membesar dan meninggi
dia harus kuat mencengkeram bumi (akarnya), menghisap energy (daya) bumi
dia harus terus naik dan naik agar mendapatkan cahaya matahari (cahaya langit)
demikianlah nafs-ku, satu sisinya (sisi dalamnya)
yang harus semakin kuat mencengkeram dan menghisap bumi dan unsur-unsurnya
semakin dalam dan semakin dalam dan semakin kuat menghujam bumi
dan sisi luarnya adalah daun-daun yang merimbum
yang semakin lebat untuk menghirup cahaya langit
untuk menumbuhkan batangku semakin tinggi dan semakin tinggi
semoga mampu tumbuh agar mampu menghasilkan bunga nan indah
agar bisa menumbuhkan buah-buahkan yang lezat dan ranum
bukan untukku, tentunya, karena aku tak memerlukan itu
namun untuk yang sadar dan mengerti manfaatku
kupersembahkan bagi siapapun yang mengerti gunaku
demikianlah nafs
dia tergantung kesadaranmu mengenalinya
dia tergantung keyakinanmu memaknainya
dia tergantung ilmu dan pemahamanmu
dia berada di alam “materi” dan menjadi materi bersama unsur bumi lainnya
dan tentu saja mengikuti Hukum-hukum materi yang meliputinya
dia menjadi gelombang dan tentu saja berada di alam materi
yang akan nampak sebagai gelombang dan mengikuti Hukum-hukum gelombang
dan diapun menjadi energy
dan mampu berada dalam gerak perputaran energy
berpindah dari energy potensi menjadi energy gerak
terus bergerak dan berpindah mengikuti sebuah kehendak yang mendahului
maka demikianlah nafs
menjadi sederhana dengans ebuah contoh yang mampu kita amati sehari-hari
nafs adalah raga, sedangkan sebagian besar unsur dari raga adalah air
maka nafs adalah air di dalam diri, air yang murni yang mengisi ketubuhan
yang akan mengalir menuju alam semesta, air yang sama yang menuju perputaran air
bersama perputaran air di alam semesta ini, karena itulah air kehidupan
air yang tergantung keadaan alam, yang mampu berubah bentuk
mengikuti perubahan suhu di alam raya ini
ketika dingin maka air akan membeku dan mengeras
namun akan menguap menjadi uap ketika dipanaskan
dan akan terurai menjadi atom Oksigen dan Hidrogen
atom Oksigen tak akan mampu melepaskan diri dari atmosfer bumi
karena dialah nafas, nafas bumi, dialah unsur bumi
gerak perputaran Oksigen di bumi yang terus bergerak dan berputar dan berpindah
kalau terus dipanaskan maka atom Hidrogen akan lepas membentuk cahaya
yang akan mampu menembus alam semesta, sebagai cahaya alam
demikianlah perumpamaan nafs, di alam manapun dia akan bermakna
dalam makna yang berbeda, dalam dimesni energy
maka gerak adalah perubahan energy, perpindahan potensi ada dan tiada
dan sang aku: Hanya pasrah menyerah
seumpama sebuah pohon
dalam sebuah gerak aktif, yaitu “tumbuh dan hidup” mengikuti gerak hidup
akarku akan menembus bumi, terus mencari unsur-unsur bumi
memanfaatkannya dalam perputaran Oksigen (gerak-hidup)
yaitu menyerap energy dari cahaya langit
naik dan naik terus ke langit mencari rahmat dan karunia Allah
yang terus dicurahkan dari langit berupa cahaya-cahaya Allah (matahari dll)
dan akar nafasku terus menghujam bumi, kuat berakar, menyerap semua unsur bumi
menyerap energy bumi, menyerap “api” bumi untuk sumber kehidupan
Maka gerak naik akan diikuti gerak turun menembus bumi
merasakan kenikmatan bumi, apa saja yang disajikan oleh bumi
untuk terus dinikmati dan diserap
gerak nafs, naik menyerap cahaya langit menggapai rahmat Allah
gerak nafs, turun menembus bumi, menyerap dan dalam sebuah daya nikmat, nikmat Allah
mengalun dalam gerak kehidupan
indahnya hidup.
bersama Allah
Wassalam
Deka on behalf Mas IB
Read Full Post »