Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari, 2021

Read Full Post »

(15-02-2021 Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff)

Modified sedikit ke Bahasa Indonesia by deka

 

Anakku yang dirindui.

 

Allah swt berfirman bahwa Dia MENYEMATKAN Sifat Kasih Sayang ke dalam hati ORANG BERIMAN.

 

Oleh sebab itu, cobalah muhasabah diri kalian apakah ada Sifat Kasih Sayang ini di dalam diri kalian.

 

Untuk tujuan ini coba kalian teliti perkara-perkara dibawah ini:

 

  1. Mestikah orang Islam yang murtad atau sesat disiksa di dalam Neraka?. Jawablah dengan JUJUR.

 

  1. Kalau kalian merasa bahwa orang Islam yang murtad dan sesat itu mestilah mereka masuk Neraka, maka sudah tentu di dalam hati kalian tidak akan ada pula simpati atau belas kasihan kepada orang-orang KAFIR.

 

  1. Kalau di dalam hati kalian tidak ada rasa simpati atau belas kasihan kepada manusia yang KAFIR, maka sudah tentu kalian tidak akan ada pula sifat simpati atau belas kasihan kepada binatang-binatang yang tarafnya jauh dibawah manusia. Kalaupun itu ada, maka boleh jadi itu hanyalah kepura-puraan kalian saja.

 

  1. Oleh sebab itu, kalian juga tidak akan ada simpati dan kasihan terhadap Iblis dan konco-konconya.

 

Jika begitu, maka jelaslah kalian belum lagi beriman. Iman itu belum tertanam di hati kalian. Karena di dalam hatimu belum tersemat Sifat Kasih Sayang…

 

Di Hari Kemudian, Allah swt akan bertanya: “Dimanakah orang-orang Yang Berkasih Sayang di antara mereka karena Allah swt walaupun mereka tidak ada pertalian NASAB (keluarga)”. Dan di Hari itu, Allah akan memberi mereka ganjaran yang istimewa.

 

Maka anakku yang disayangi senantiasalah kalian tonjolkan Sifat Kasih Sayang yang ada di dalam diri kalian kepada kesemua ciptaanNya.

 

 

Note by Deka:

Alhamdulillah, ini adalah sebuah alat ukur  yang bisa dipakai untuk mengukur KADAR keimanan kita…

 

yaitu, “sifat kasih sayang” sebagai perwujudan dari Maha Kasih dan Maha Sayang Allah Swt kepada seluruh makhluk-Nya…

Read Full Post »

Kita jangan terlalu berputar-putar di makrifatullah. Ilmu Makrifatullah itu baru menghidupkan kembali cahaya makrifatullah seperti kita bersaksi di Alam Azali. Dengan Ilmu makrfitaullah, kita kembali mengenal Allah yang sudah pernah kita kenal di Alam Azali.

Cahaya Pengenalan itulah yang kita bawa dari Alam Azali. Cahaya itu kemudian menjadi kelam ketika kita lahir kedunia, tetapi ia tidak hilang sama sekali. Sisa Cahaya itulah yang membuat wajah seorang bayi menjadi berseri-seri dan elok dipandang mata. Semakin bertambah umur si bayi, maka semakin berkuranglah cahaya makrifatullah itu karena cahaya itu tidak pernah dipelihara dengan baik.

Akan tetapi kalau cahaya itu terus dibina, misalnya seperti anak-anak penghafal Al Qur’an, maka cahaya itu akan tetap cemerlang dan berseri. Tidak ada yang tidak senang melihat anak-anak penghafal Al Qur’an. Karena cahaya keimanan mereka masih bersinar kuat.

Namun bagi orang kebanyakan, disaat kita muda dan dewasa, cahaya makrifat itu semakin hilang karena dosa-dosa yang kita buat. Dan juga karena hati kita sudah dipenuhi oleh sampah dan sarap alam dunia yang kita masukkan kedalam hati kita. Cahaya makrifat itu tertutup oleh bintik-bintik hitam akibat dosa kita dan sampah sarap itu yang kita masukkan kedalam hati kita tak henti-hentinya. Lalu keredupan cahaya keimanan itulah yang membuat jalan hidup kita seperti gelap dan banyak persoalan.

Dan yang paling diuntungkan dari keredupan, kalau tidak mau dikatakan hampir padamnya, cahaya makriftullah itu adalah syaitan dan konco-konconya. Mereka dengan sangat leluasa berenang di dalam hati kita sambil membisikkan was-was dan pikiran-pikiran agar kita mudah berbuat fasiq dan mungkar. Kita dinampakkan yang fasiq dan jahat itu adalah INDAH dan MUDAH, sehingga dengan mudah kita melakukan kefasikan dan kemungkaran itu. Sebaliknya, kita dinampakkan keimanan dan ketaqwaan itu SULIT dan BERAT, sehingga kita enggan untuk melakukannya.

Walaupun begitu, cahaya makrifat, yang nyaris redup itu, selalu menarik-narik kita agar kita mau kembali menyingkapkan tirai yang meniraikan cahaya makrifat itu. Agar kita mau menghapuskan bintik-bintik hitam dan sampah sarap yang ada di dalam hati kita. Hal ini menimbulkan kerinduan yang amat sangat di dalam hati, agar kita bisa kembali mengenal alamat kita untuk bergantung, berpegang, bersandar ditengah-tengah beban berat yang menekan diri kita. Kita ingin segera mengadukan segala permasalah hidup yang kita lalui kepada Tuhan, yang kita ingat-ingat lupa, bahwa kita dulu pernah sangat dekat dengan-Nya.

Nah, dengan ilmu Makrifatullah yang sejati, yang diajarkan oleh Arif Billah Ustad Hussien BA Latiif, tiba-tiba kita dikejutkan dengan pengenalan KEBENARAN atas Kewujudan, Keesaan, dan Kebesaran Allah Swt. Setelah kita paham ayat-ayat Makrfitatullah di dalam Ala quran, dan kita juga sudah tahu sifat, hakekat, dan makrifat dari semua ciptaan ini. Artinya, kita sudah mengenal Dzat dan mengenal pula Yang Maha Halus,  maka itu sudah cukup. Kita tidak perlu berlama-lama membicarakannya. Kita harus segera menanjak naik keanak tangga berikutnya.

Sebab, dengan pengenalan Allah itu, seketika itu juga cahaya makrifat yang tadinya redup di dalam hati kita menjadi bercahaya kembali. Untuk sesaat kita akan terpesona, kita kaget, kita bersyukur, bahkan tidak jarang kita bisa menangis dalam keharuan. Itu sudah lebih dari cukup untuk memulai hidup kita yang baru. Hidup yang sudah kembali mengenal Allah Swt yang sudah kita lupakan untuk sekian lamanya.

Akan tetapi cahaya pengenalan kepada Allah (cahaya makrifat) itu saja tidak cukup. Walaupun cahaya itu sudah bisa bersinar kembali, namun cahaya itu tidak terlalu kuat dan tidak bisa bertahan lama. Karena untuk mempertahankan dan memperterang Cahaya makrifatullah itu dibutuhkan langkah berikutnya dengan secepatnya. Segeralah kita MEMBINA DZIKRULLAH (ingat kepada Allah). Karena dzikrullah itu adalah ibarat PELITA yang kita punyai dan nyalakan di dalam gelapnya malam.

Cahaya dari pelita dzikrullah itu akan memberikan sokongan kepada cahaya makrifatullah atau cahaya keimanan yang sudah mulai bersinar kembali di dalam hati kita. Sebab dengan dzikrullah itu, terpancarlah hubungan yang sangat kuat antara kita dengan Allah. Ada frekuensi iman kita yang menjalar di dalam ingatan kita kepada Allah itu. Frekuensi kerinduan, penyerahan, harapan, yang langsung tertuju kepada Allah swt yang sedang kita ingat. Lalu hanya menunggu waktu yang sekejap saja untuk Allah menjawabnya. Fadzkuruni, lalu adzkurkum. Saat menerima balasan dari Allah itulah cahaya keimanan atau cahaya makrifatullah di dalam hati kita menjadi semakin bercahaya dan semakin kuat.

Lalu bersegeralah kita mendirikan IBADAH-IBADAH SUNNAH seperti yang sudah diajarkan oleh Sang Arif Billah…, dimana yang paling penting adalah kita mau bersengkang mata dimalam hari untuk tahajud, baca al quran, dzikrullah, dan mengikat perut disiang hari dengan berpuasa. Begitu juga mau bersedekah, hidup zuhud, mau berbuat baik kepada sesama ciptaan, dan sebenar takut kepada Allah

Karena ibadah-ibadah sunnah diatas ternyata memberikan boster (penguatan) yang sangat hebat kepada dzikrullah kita, sehingga sampai pada suatu saat Hati kita menjadi TERJAGA, sehingga hidup kitapun menjadi berubah. Jiwa kita menjadi ringan, dengan mengherankan kita bisa menambah ibadah – ibadah sunat termasuk mengaji, kita mampu duduk dzikrullah dalam waktu yang lama, Dapat merasakan nikmat ibadah, Merasakan ketenteraman dan bahagia, dan sebagainya.

Subhanallah, Cahaya Keimanan (makrifatullah) ternyata membutuhkan Dzikrullah dan Ibadah-ibadah Sunnah sehingga setelah itu kita bisa melangkah ketahapan rohani berikutnya, yaitu tahapan KEREDHAAN….

Walllahu a’lam.

Read Full Post »