Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus mempertajam pandangan Mata Hati kita dengan memakai Kacamata Makrifatullah. Tidak bisa tidak…!. Sebab dengan memakai Kacamata Makrifatullah ini, kita akan dikejutkan oleh kenyataan bahwa kita sebenarnya, HAKEKATNYA, tidaklah Wujud. Karena kita sudah dapat memandang dengan Mata Hati kita, yang sudah menjadi sangat tajam, bahwa yang boleh wujud hanyalah SATU, yaitu Dzat Wajibul Wujud. Apapun yang selain dari Dzat Yang Satu itu tidaklah wujud, karena semuanya hanyalah semata-mata penzahiran dari Dzat-Nya yang sedikit.
Sehingga dengan begitu, kita tidak sedikitpun berkeinginan untuk mengaku ADA, untuk mengaku Wujud. Bagaimana kita akan bisa mengaku wujud, sementara kita hanyalah bagian kecil dari Dzat-Nya yang sedikit dari Dzat-Nya Yang Maha Besar, dan Maha Agung. Inilah inti dari Tauhid…
Bahwa keempat anasir diri manusia itu, seperti juga ciptaan-ciptaan yang lainnya, berada di dalam LAUHUL MAHFUZ, yang dalam paham DZATIYAH dikatakan sebagai TEMPAT Allah menciptakan seluruh Makhluk Ciptaan-Nya. Semua proses penciptaan dan penghancuran makhluk yang berada di dalam Lauhul Mahfuz itu adalah AKATIFITAS ALLAH belaka terhadap sedikit dari Dzat-Nya, yang besarnya tidak lebih dari sebesar butiran pasir di padang pasir yang sangat luas, atau setetes air masin di dalam samudera raya.
Tatkala itu, Allah berkata KUN kepada Dzat-Nya yang sedikit itu, sehingga kemudian terzahirlah Rencana Induk (Lauhul Mahfuz) dari semua ciptaan-Nya. Waktu kemudian mengantarkan Rencana Induk itu untuk terzahir menjadi berbagai ciptaan dan peristiwa-peristiwa dengan Qada dan Qadarnya masing-masing. Proses penzahiran itu adalah bak sandiwara belaka bagi Allah. Karena semuanya adalah perbuatan Allah sendiri terhadap sedikit dari Dzat-Nya yang telah Dia isolasi dengan Tabir Nur dari keseluruhan Dzat-Nya Yang Maha Indah. Tabir Nur itu akan membatasi dan memelihara semua ciptaan-Nya yang berada di dalam Lauhul Mahfuz itu dari kemusnahan akibat terbakar hangus karena terpandang pada Kemulyaan Keseluruhan Dzat-Nya Yang Maha Indah.
Yang dicerita-ceritakan oleh Allah di dalam Al Qur’an, hampir semuanya berkenaan dengan serba-serbi dan perlakuan Allah terhadap Dzat-Nya yang sedikit itu, yang berada di Lauhul Mahfuz. Sebutlah ayat mana saja. Misalnya, ayat tentang Syurga dan Neraka. Maka ayat tentang Syurga dan Neraka itu tidak lain hanyalah cerita Allah tentang penzahiran dari Dzat-Nya yang sedikit itu yang nantinya akan diperuntukkan-Nya pula untuk Dzat-Nya yang sedikit itu yang terzahir menjadi manusia, jin, iblis, dan malaikat. Insyaallah, kalau Allah berkenan, tentang hal ini akan kita bahas tersendiri pada saatnya.
Sedangkan terhadap Dzat-Nya secara keseluruhan Dia hanya berkata sangat sederhana, bahwa Dzat-Nya yang keseluruhan itulah Dzat Yang Awwal. dan Dzat-Nya yang keseluruhan itu pulalah nantinya Yang Akhir. Dzat Yang Maha Indah, Dzat Yang Maha Agung. Dzat yang akan membakar hangus apapun juga yang terpandang oleh-Nya.
Jadi SEMUA yang berkenaan dengan CIPTAAN, mestilah berada di dalam LAUHUL MAHFUZ. Tidak bisa tidak. Sebab apapun juga yang di luar Lauhul Mahfuz, tetaplah Dia akan menjadi MISTERI yang ABADI Sepanjang Masa. Misteri yang tidak sedikitpun disadari oleh para penganut Paham Wihdatul Wujud, Paham Nur Muhammad, dan Paham Rabithah Mursyid. Apalagi oleh orang-orang yang Mata Hatinya Buta dan Tuli.
Sedikit dari Dzat-Nya yang terkurung di Lauhul Mahuz itu boleh kita sebut sebagai Dzat Yang Batin. Dzat yang tidak dapat dilihat dengan mata. Dzat yang tidak dapat diumpamakan, Dzat yang tidak ada rupa dan warna. Dzat yang tidak bisa diserupakan dengan apapun juga. Sama halnya dengan Dzat-Nya secara Keseluruhan yang ada di luar Lauhul Mahfuz. Ya…, Dialah Dzat Yang Batin.
Dzat-Nya Yang Batin yang sedikit itu kemudian terkena kalimat KUN dari-Nya. Sehingga lalu dari Dzat Yang batin itu terbentuklah Lauhul Mahfuz, atau Gambaran Besar, atau Rencana Induk yang memuat skenario Allah yang sangat detail dan rinci terhadap setiap makhluk yang akan Dia ciptakan sebagai penzahiran dari Dzat-Nya Yang Batin itu. Salah empat dari semua ciptaan-Nya itu adalah JASAD, NYAWA, RUH, dan PIKIRAN, yang masing-masingnya telah diberikan pula taqdir oleh Allah untuk dijalaninya.
Bersambung