Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari, 2016

Semua jalan yang akan ditempuh oleh umat manusia adalah sesuatu yang sudah diijinkan oleh Allah untuk Terhampar. Semuanya sudah dirancang Allah untuk terzahir pada saatnya. Bagi seseorang, tidak ada yang bisa mengubah jalan yang sedang atau yang akan dilaluinya kalau memang itu sudah dituliskan tidak berubah. Rancangan Allah itu sangat kokoh. Tidak bisa ditembus oleh ilmu motivasi sekelas apapun juga.

Ilham akan mengindoktrinasi kita agar kita TETAP berada pada jalur takdir kita sejak dari kita mulai bangun tidur sampai dengan kita tidur kembali, bahkan kadangkala kita masih diindoktrinasi sampai melalui alam mimpi. Indoktrinasi itu tambah diperkuat lagi dengan kita seperti dibuatkan berbagai alasan yang bagi kita itu sangatlah logis dan masuk akal. Faal amaha fujuraha wa taqwaha… Pasti…
Misalnya, sejak bangun tidur saja, bagi yang beragama islam, kita sudah diindoktrinasi dengan turunnya Ilham yang mengingatkan kita bahwa kita adalah orang islam. Tidak hanya itu, islam yang sedang kita lalui itu seperti akan apa, juga akan diindoktrinasikan kedalam hati atau minda kita setiap detik dan setiap waktu. Makanya kita akan melihat Islam itu penuh dengan warna dan nuansa. Walau semuanya mengaku menyontoh Nabi yang sama, Muhammad Saw, memakai ayat Al Quran dan hadist yang sama, akan tetapi tetap saja pelangi yang berwarna warni itu ada. Pasti.
Indoktrinasi Allah dalam bentuk ilham itu akan memberikan pengertian dan kepahaman bagi kita sebatas apa-apa yang Allah telah tetapkan untuk bisa kita pahami dan mengerti. Dengan kepahaman dan kemengertian yang dilhamkan Allah kepada kita itulah kita akan menjalani takdir kita secara sendiri-sendiri. Walaupun kita bisa saja hidup dan melakukan aktifitas secara berkelompok-kelompok, namun pada hakekatnya tetap kita secara sendiri sendirilah yang sedang menjalankan peran kita itu sebatas pengertian dan kepahaman yang ada pada kita. 
Misalnya, dalam shalat berjamaah, walaupun bacaan kita bisa sama dan gerakan tubuh kita bisa serentak, atau bahkan mata kita bisa sama-sama terpejam pula, namun ingatan kita akan berjalan-jalan sesuai dengan kepahaman dan kemengertian yang ada pada kita. Dan dalam hal kualitas ingatan kita di dalam shalat inilah yang akan membedakan kualitas shalat kita antara orang perorang. Kualitas ingatan yang tertinggi di dalam shalat adalah ingatan yang selalu bisa bertahan, FOKUS, dari awal sampai akhir shalat untuk hanya INGAT KEPADA ALLAH. 
Kita akan sulit untuk berubah agar kita bisa fokus dalam mengingat Allah di dalam shalat itu kalau kita sedang dihentikan melalui ilham pada pengertian dan kepahaman bahwa kita tidak akan mungkin bisa fokus untuk mengingat Allah itu karena ini dan itu, karena begini dan begitu. Indoktrinasi seperti itu tiba-tiba muncul saja di dalam ingatan kita. Alasan yang sangat-sangat tepat juga telah tersedia tepat pada waktunya untuk memperkuat penolakan kita itu. 
Bagi orang yang BUTA, dia melihat bahwa dialah yang berpikir, dialah yang mengingat, dialah yang membuat logika, dialah yang menetapkan, dialah yang memutuskan, dialah yang paham, dialah yang mengerti. Sedangkan orang lain dilihatnya ada yang mengerti dan ada yang tidak, ada yang paham dan ada yang tidak, ada yang sesuai dengan logikanya dan ada yang tidak, sehingga diapun mau tidak mau akan selalu berbantahan dengan orang lain. Ia akan memaki, ia akan meradang, ia akan marah, ia akan menyesatkan atau membenarkan sesuatu sesuai dengan kepahaman dan pengertian yang ada padanya, dan sebagainya.
Yang lebih parah lagi adalah, dengan pengertian dan kepahaman yang ada pada dia, Allahpun ingin dia lawan. Allahpun ingin dia perintah-perintah agar Allah memahami dan mengerti dia. Inikan sama saja dengan karyawan yang sedang melawan tauke. Ya tersiksalah dia jadinya.
Itulah yang terjadi pada orang-orang yang BUTA. Karena orang yang buta itu adalah orang yang merasa bahwa dirinya adalah WUJUD. Bukti dari kewujudannya itu adalah dia merasa punya kepemilikan atas SECUIL kepahaman dan kemengertian yang diberikan oleh Allah untuknya dalam menjalani takdirnya sebagai seorang yang buta. Yang buta itu bukan matanya, tapi matahati yang tidak melihat, hatinyalah yang tidak bisa paham dan mengerti.
Sedangkan bagi orang yang sudah TIDAK BUTA, dia tidak melihat lagi perbedaan demi perbedaan itu sebagai suatu masalah yang perlu dia pikir-pikirkan, dia renung-renungkan, dan dia pertanya-pertanyakan. Matahatinya sudah tajam melihat pada Hakekat. Hatinya sudah paham. Karena dia sudah menyadari bahwa sebenarnya dirinya tidak wujud. Yang wujud adalah sedikit Dzat-Nya yang sedang menzahirkan tugas-tugas bagi para mengemban peran dan tanggung jawab dalam sebuah jalur takdir yang sangat ketat dan kokoh.
Yang dia lihat dari semua perbedaan itu ternyata hanyalah sebatas perbedaan sifat-sifat saja karena adanya perbedaan kepahaman dan kemengertian yang terjadi atas SEDIKIT Dzat-Nya yang telah Dia beri sifat-sifat. Bukan hanya itu, dia malah sudah menghapuskan semua sifat-sifat itu. Dia telah Nafikan segala sifat, dan mengisbatkan kewujudan pada Dzat. 
Tatakala semua sifat sudah dia nafikan, maka hilang pulalah segala atribut yang melekat pada sifat-sifat itu. Dengan lenyapnya segala atribut-atribut, maka yang tinggal adalah semata-mata Dzat yang tidak seumpama dan tiada serupa. Laa maujud illa Dzatillah. Dzat Yang sedikit. Dan Dzat yang sedikit itu tiada lain hanya bermakrifat kepada Allah, Dzat Yang Maha Indah. 
Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?. Apakah sama orang yang diberi pengetahuan dan pengertian dengan orang jahil?. 
Wallahu a’lam…

Read Full Post »

Padahal makna dari makrifatullah sebenarnya sangatlah sederhana sekali. Yaitu bagaimana kita bisa MENGENAL ALLAH dengan sebuah KESADARAN YANG JATI sehingga kita menjadi SANGAT TERKEJUT dan TERPERANJAT akan KEBENARAN tentang KEWUJUDAN ALLAH, KEESAAN ALLAH, KEBESARAN ALLAH.

Keterkejutan dan keterperanjatan kita akan KEBENARAN tentang KEWUJUDAN, KEESAAN, DAN KEBESARAN ALLAH itulah nantinya yang akan membuat hati kita TERGUNCANG HEBAT sehingga air mata kitapun jatuh bercucuran tak tertahankan.

Melihat akan KEBENARAN atas Kewujudan, Keesaan, dan Kebesaran Allah ini pulalah nantinya yang akan membuat kita mengenal KEBENARAN yang dimaksudkan oleh ayat-ayat Makrifatullah di dalam Al Qur’an maupun Al Sunnah. Misalnya:

Bagaimana kita bisa mengenal akan KEBENARAN Allah Yang Maha Luas.
Bagaimana kita bisa mengenal akan KEBENARAN Allah Yang Maha Tinggi.
Bagaimana kita bisa mengenal akan KEBENARAN Allah Yang Maha Suci.
Bagaimana kita bisa mengenal akan KEBENARAN Allah Yang Maha Indah.

Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, sementara Dia Sendiri adalah Tidak berawal dan Tidak Berakhir.

Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dialah Yang Zahir dan yang Batin, sementara Dia Sendiri tidak bisa dilihat dengan pandangan mata.

Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dialah Yang Maha Halus dan Maha Meliputi segala sesuatu, sementara Dia Sendiri adalah Yang Maha Besar.

Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dia Ada dimana-mana dan Dia bersama kita dimanapun kita berada, Dia lebih dekat kepada kita daripada kita dengan urat nyawa kita, sementara Dia Sendiri tidaklah bertempat, beruang, dan berwaktu.
Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengawasi, Maha Mengetahui, dan Maha Berkuasa atas setiap aktifitas yang sudah kita lakukan ataupun yang belum kita lakukan, sehingga kita benar-benar merasa malu kepada-Nya atas apa-apa yang telah kita perbuat selama ini.

Bagaimana kita bisa mengenal bahwa BENAR Dialah yang membunuh saat kamu membunuh, Dialah yang melempar saat kamu melempar, sementara Dia sendiri Tidak seumpama dan tidak serupa apapun juga.

Pengenalan akan KEBENARAN ALLAH inilah yang akan membuat air mata kita melelah-lelah tak tertahankan. Karena dengan silih berganti Dia akan memberikan kita perasaan-perasaan yang sangat menggetarkan hati kita.

Adakalanya kita diberi-Nya perasaan HINA DINA, di lain waktu kita diberi-Nya perasaan MALU yang amat sangat, pada kesempatan lain kita diberi-Nya perasaan TAKUT yang amat takut, di lain kali kita diberi-Nya perasaan SENANG dan BAHAGIA yang tak terkirakan, tempo-tempo kita diberi-Nya perasaan RINDU yang teramat sangat kepada-Nya.

Perubahan-perubahan perasaan itu membuat hidup kita menjadi TIDAK KARUAN. Air mata kita dengan sangat mudahnya jatuh bercucuran karena kita selalu melihat kebenaran akan kewujudan-Nya dan segala kebesaran-Nya. Kita jadinya ingin selalu berpaut dengan-Nya. Kita inginnya selalu kembali kepada-Nya.

Kalau kita sudah sampai kepada pegenalan Allah yang seperti ini, MAKRIFATULLAH, maka dari sinilah baru segala aktifitas peribadatan bisa kita mulai dengan penuh makna. Kalau kita shalat, maka shalat kita akan cenderung menjadi lebih khusyuk. Dalam keseharian kita menjadi malu untuk berbuat yang tidak baik. Karena Allah selalu melihat dan mendengar kita melalui Dzat-Nya yang meliputi segala sesuatu (Sikap IHSAN). Di dalam bekerja, kita akan terjaga untuk selalu bersemangat, karena kita menyadari bahwa kita dilahirkan ke dunia ini bukan dengan tanpa tujuan.

Jadi makrifatullah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sesederhana itu. Mengenal Allah dengan kesadaran yang JATI, sehingga kita bisa melihat KEBENARAN akan Kewujudan, Keesaan, dan Kebesaran Allah yang akan membuat airmata kita jatuh bercucuran. Makrifatullah yang diajarkan Rasululllah SAW itu tidak ada hubungan apa-apa dengan ilmu kuasa batin, ilmu magic, dan ilmu-ilmu aneh lainnya. Makrifatullah itu tidak ada hubungannya sedikitpun dengan getaran-getaran, kekuatan-kekuatan, daya-daya, dan dan kuasa-kuasa lainnya.

Itu pulalah sebabnya Rasulullah mengajarkan makrifatullah kepada Para Sahabat Beliau melalui SYARAHAN atau melalui ILMU. Karena memang melalui jalan Ilmu inilah kita akan bisa mengenal Allah dengan waktu yang sangat singkat. Bahkan kalau kita sudah sampai kepada taraf ILMU yang YAKIN, NERAKA JAHIM pun akan bisa kita lihat dengan tanpa keraguan sedikitpun.

Tidak ada khabar di dalam sejarah yang mengatakan bahwa di zaman Nabi SAW orang-orang belajar makrifatullah melalui berbagai cara aneh seperti yang banyak dilakukan orang sekarang ini.

Demikian, Wallahu a’lam

Read Full Post »

Banyak orang yang sudah belajar tentang makrifatullah, tapi sebanyak itu pula orang yang tidak paham apa makna dari Makrifatullah itu. Hal ini bak sebuah keadaan dimana orang beramai-ramai dan berduyun-duyun mencari sesuatu, akan tetapi mereka sendiri tidak tahu barang apa yang sedang mereka cari-cari. Akhirnya yang muncul adalah tafsiran yang sangat beragam tentang makrifatullah itu. Sehingga jadilah kajian Makrifatullah itu seperti sebuah obrolan di kedai kopi. Ngalor-ngidul dan tak tentu ujung pangkalnya.

Ada yang mengatakan bahwa untuk bisa bermakrifatullah itu, kita terlebih dahulu harus berdzikir sekian ratus ribu kali, barulah setelah itu kita bisa mendapatkan ilham tentang makrifatullah. Maka kemudian bermunculanlah berbagai aliran dzikir tarekat dengan cara berdzikirnya masing-masing. Tanpa terlebih dahulu ada penjelasan tentang apa itu makrifatullah, ujug-ujug kita disuruh berdzikir dengan terangguk-angguk dan tergeleng-geleng sampai suatu saat kita menjadi histeris dan menangis, badan kita juga ikutan keter-keter dan mulut kita meracau seperti orang yang sedang kesurupan. Itu barulah permulaan yang sepertinya wajib untuk kita alami sebelum kita bisa mengalami keadaan yang berikutnya. Sehingga pantas saja dikatakan kepada kita bahwa Makrifatullah itu adalah sebuah Ilmu yang sangat tinggi yang tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Dari sinilah kemudian kesakralan sebuah tarekat tetap dijaga olah para pengikutnya.

Ada pula yang menafsirkan makrifatullah itu sebagai ilmu mistik atau ilmu kebatinan tingkat tinggi yang bisa mendatangkan berbagai kekuatan diri, kuasa batin, dan kepintaran. Jadi belajar makrifatullah itu sangat identik dengan belajar ilmu kesaktian tingkat tinggi yang konon kabarnya seperti ilmu dan kesaktian yang dimiliki oleh wali-wali Allah di zaman dahulu. Misalnya untuk bisa menjadi kebal senjata tajam, bisa berjalan diatas air, bisa terbang kelangit, bisa mikraj, bisa mati sebelum mati, bisa membuat orang lain celaka atau selamat, bisa melawan ilmu magic lainnya, dan sebagainya.

Makanya kemudian tempat belajar makrifatullah itu tak ubahnya seperti tempat belajar ilmu kanuragan. Ada yang namanya PADEPOKAN, ada yang namanya RUMAH UZLAH, ada yang namanya RUMAH SULUK, ada yang namanya RUMAH DZIKIR, ada yang namanya PUSAT INI dan ITU, dan sebagainya. Tempat itu biasanya terpencil dan jauh dari keramaian. Aktifitas di dalamnya juga sangat eksklusif sekali yang mengalahkan fungsi sebuah masjid.

Peran seorang guru disana juga sangatlah penting dan sentral. Karena syaitan sudah berhasil menggelincirkan banyak orang dengan ungkapan anekdotnya: bahwa kalau belajar tanpa guru, maka gurunya nanti adalah syaitan. Makanya kata-kata guru adalah sesuatu yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilawan oleh murid-muridnya. Sang guru dianggap mempunyai ilmu yang hanya melaluinyalah ilmu tersebut baru bisa sampai kepada murid-muridnya. Kalau sang guru tidak ridha, maka ilmu sang guru juga akan mendeg sampai kepada muridnya. Makanya tidak heran kalau seorang guru itu kemudian sangat di kultuskan oleh murid-muridnya. Sang guru sangat ditakuti oleh murid-muridnya. Sebab kalau gurunya ngamuk, maka habislah murid-muridnya terkena kutuk atau bala. Sang guru juga merasa berhak untuk mengusir muridnya yang berlawanan pendapat dengannya.

Adapula memang orang-orang yang merasa sudah tidak perlu lagi mempunyai guru untuk belajar makrifatullah itu. Sebab mereka merasa sudah bisa belajar LANGSUNG kepada ALLAH. Mereka sudah merasa bisa berguru langsung kepada Allah. Cukup dengan hanya bisa proses keter-keter terlebih dahulu melalui latihan teknik-teknik tertentu, lalu sesekali bisa menangis haru, lalu kemudian mereka bisa merasa tenang dan diam sambil merasa-rasakan dan menyadari ada Allah di dekat mereka. Lalu kata mereka, di dalam keadaan diam itulah kemudian Allah akan menurunkan ILHAM kepada mereka. Dengan cara-cara begitu mereka lalu merasa sudah bisa bermakrifat kepada Allah. Setelah itu barulah mereka merasa bisa mengaplikasikan kemakrifatan mereka itu dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi banyak sekali memang cerita ngalor-ngidul yang sampai kepada kita saat ini kalau kita ingin belajar tentang makrifatullah. Belum lagi kalau kita melihat tantangan dan penolakan dari orang-orang yang mengaku sebagai ustad dan ahli agama terhadap praktek-praktek seperti diatas. Biasanya sangat ramai dan gaduh sekali. Semua itu sangat membingungkan kita pula, sehingga jadilah kita seperti orang yang serba salah dalam beragama. Maju kena mundur kena.

Bersambung

Read Full Post »

Hidup yang sederhana dengan bermodalkan 4 macam kepahaman atau ilmu.

– Makrifatullah, mengenal Allah yang akan disembah, lalu memperkemas ibadah-ibadah sunnah sesudah yang wajib.

– Dzikrullah, mengenal cara berhubungan dengan Allah, yaitu dengan selalu Ingat Kepada Allah, sehingga dengan dzikrullah itu kita bukan saja bisa berhubungan dengan Allah, tetapi juga sekaligus hati atau minda kita bisa menjadi kosong dari sampah sarap. Istilah melepaskan, melupakan, atau katarsis, dalam berbagai pelatihan psikologi dan hipnoterapi menjadi sebuah proses yang sangat ketinggalan zaman.

– Mengenal Arah Tujuan Ummat sampai 50 sd 100 tahun kedepan membuat kita menjadi tidak sedikitpun berkecil hati tentang apa-apa yang terjadi pada umat islam saat ini. Karena Allah sudah Ridha Islam menjadi agama bagi seluruh umat manusia. Allah akan merealisasikannya melalui faktor Demografi.

– Mengenal Lauhul Mahfuz yang sedang berjalan, yang akan membuat kita bisa menerima rukun iman ke-6 dengan RIDHA. Kita Ridha yang takdir baik dan takdir buruk yang terjadi. Sehingga kita tidak bergaduh lagi dengan sesama umat manusia apalagi dengan Allah.

Hari-hari kita tinggal tetap berpaut dengan Allah. Ada masalah, naik ingat kepada Allah, kembali kepada Allah, berdoa kepada Allah, sampai Allah berkenan menurunkan berbagai solusi dari masalah-masalah kita.

Dan setiap orang lainpun juga akan menerima bagiannya sendiri-sendiri, sehingga kita tidak punya masalah lagi dengan mereka. Tidak Sedikitpun…

Maka nikmat Tuhan mu yang mana lagi yang hendak engkau dustakan?.

Read Full Post »

Ustadz Hussien BA Latiff di dalam Farhan4u2c juga membuat kita Belajar rukun iman ke-6 tidak sesulit dulu lagi. Dulu, rukun iman ke-6 ini mbulat saja kalau kita mempelajarinya. Nggak ketemu ujung pangkalnya.

Akan tetapi dengan mengenal Lauhul Mahfuz dan apa-apa yang terjadi di dalamnya, maka kitapun akan bisa menjalani hidup ini dengan sangat lapang dan enjoy.

Sebab segala sesuatunya ternyata telah DISIAPKAN, DIRENCANAKAN, DISUSUNKAN dengan Maha Matang dan Maha Teguh oleh Allah, Dzat Yang Maha Sempurna.

Semuanya hanya tinggal menunggu masa saja untuk penzhahirannya. Tidak akan ada lagi perubahan-perubahan, karena setiap perubahan itu sendiri juga sudah termuat di dalam rencana yang telah tersusun rapi itu. Tidak ada yang dilupakan-Nya.

Yang baik dan yang buruk sudah direncanakan oleh Allah untuk kapan ia akan bermula dan kapan ia akan berakhir.

Tidak ada hak kita sedikitpun untuk memikir-mikirkan dan menetap-netapkan kebaikan dan keburukan itu. Tidak ada hak kita untuk mengandai-andai. Tidak ada hak kita untuk bertanya kenapa. Karena semua yang baik dan yang buruk itu terzhahir semata-mata atas IJIN dari Allah dan juga berlaku atas Dzat-Nya sendiri.

Oleh karena itu kita akan segera saja sadar bahwa ternyata sebenarnya kita TIDAK WUJUD.

Akan tetapi, karena kebanyakan kita merasa wujud, maka kitapun tergoda untuk bertanya kenapa, untuk memikirkan, memutuskan, dan mengandaikan atas apa saja rancangan Allah yang terdzahir. Seakan-akan kita lebih bijaksana dari Allah.

Makanya kita akan selalu disiksa atas kewujudan kita itu tanpa ampun. Semuanya lalu akan menjadi masalah buat kita.

Padahal untuk menjadi tidak wujud itu, fana, sebenarnya mudah sekali. Kita tidak perlu terlebih dahulu menjadi pingsan atau tidak sadar, atau berwajah seperti orang kurang waras. Tidak perlu.

Untuk menjadi fana, tidak wujud, kita cukup memahami lauhul mahfuz yang sedang berjalan, lalu kita tinggal Diam sambil tersenyum makrifat.

Kita tidak memikirkan dan tidak memutuskan, kita tidak mengandaikan dan tidak bertanya pula tentang kenapa.

Mulut diam dan terkunci rapat untuk setiap peristiwa yang harus kita lalui, walau air mata kita meleleh-leleh, walau darah kita memancar-mancar, walau tubuh kita dipotong-potong, walau kita harus masuk terjun ke medan perang.

Karena semuanya terjadi atas Dzat Allah, semuanya terjadi dalam rencana besar Allah yang telah Dia susunkan sejak dari Firman Kun…

Read Full Post »

Belajar dzikrullah pun juga sudah tidak sesulit di zaman wali-wali dan guru-guru yang sangat sulit mencari keberadaanya selama ini. 

Ustadz Hussien BA Latiff di Farhan4u2c juga telah mengupas dzikrullah ini dengan sangat gamblang. 

Kita tidak perlu lagi susah-susah dengan angguk-angguk, geleng-geleng, jalan-jalan, lari-lari, muter-muter, guling-guling, joged-joged, tripping-tripping, darah-darah, amuk-amuk, begadang-begading berlatih sampai tengah malam atau pagi, tidak perlu teriak-teriak, tidak perlu hitung-hitung, tak perlu nafas-nafas, tak perlu napas-napas, dan lain-lain sebagainya untuk mendapatkan keadaan dzikrullah.

Untuk memulai dzikrullah, kita juga tidak perlu lagi bersunyi-sunyi ke gunung dan mengasingkan diri.

Cukup kita Tahu makna dzikrullah, tahu alat yang dipakai untuk dzikir, maka setelah itu kita akan bisa melakukan dzikrullah dalam keadaan apapun. Kita ternyata juga tidak memerlukan alat bantu dalam bentuk apapun juga.

Ini sangat melegakan sekali. Karena memang tidak mungkinlah Rasulullah Saw menyuruh umat Beliau, yang sangat Beliau Cintai, melakukan hal-hal yang sangat sulit dan berat.

Read Full Post »

Belajar Makrifatullah itu tidak sulit lagi seperti di zaman wali-wali dulu.

Sekarang Cukup buka youtube.com: farhan4u2c, lalu ilmu makrifatullah itu sendiri yang akan mengejar kita…

Tapi tetap saja ilmu ini hanya akan mencari orang-orang yang BERJODOH dengannya.

Barangsiapa Yang ditakdirkan oleh Allah untuk membuka link farhan4u2c, bersyukurlah, karena anda telah ditakdirkan untuk mulai menapak satu anak tangga menuju arah yang selama ini dicari-cari oleh seluruh umat manusia.

Bagi yang belum tergerak untuk membuka linknya, walaupun sudah tahu linknya, tidak ada sesiapapun yang bisa memaksa anda untuk membukanya. Karena anda sendiri juga hanya sedang menjalani takdir anda sendiri…

Salam

Read Full Post »

KRISIS KETUHANAN 

Sebuah kilasan dari Sahabat saya.
Krisis kepercayaan terhadap Tuhan terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, atau malah mungkin juga terjadi pada diri kita, keluarga, lingkungan sekeliling kita, dengan berbagai indikasi, diantaranya:

– Hilang keikhlasan

– Sudah luntur sebuah ketulusan

– Perbuatan baik sudah sulit dideteksi ( dikenali ), karena yang ada hanya perbuatan yang menguntungkan.

– Semakin hari semakin sedikit sekali yang mengapresiasi / menghargai kebaikan. – Hidup seakan-akan hanya di dunia ini saja,

 – Lebih tertarik dunia dari pada akhirat, 

– Tidak meyakini seyakin-yakinnya adanya kehidupan yang lebih indah dan lebih lama dari kehidupan dunia ini. 

– Cenderung lupa bahkan tidak percaya akan kehidupan akhirat.
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ
dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.

( Al Qiyamah : 20-21)
كَلَّا ۖ بَلْ لَا يَخَافُونَ الْآخِرَةَ
Sekali-kali tidak. Sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat.

( Al Mudatsir :53)

Itu juga berlaku bagi Nabi Ya’qub ketika berwasiat kepada anak-anaknya tentang pentingnya ketauhidan sepeninggal beliau, yang di abadikan dalam Al Qur’an;

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

( Al Baqoroh :133)
Di sadari ataupun tidak, keberadaan syaithan, tempat- tempat angker, mistik, ramalan bintang ( zodiak) dan lain-lain lebih di percayai daripada keberadaan Tuhan.

Buktinya kita masih takut ditempat-tempat yg disebut angker. Lebih sedih kehilangan uang dan jabatan dari pada kehilangan waktu untuk mengingatNya. Ketika Tuhan berfirman:

– Aku lebih dekat dari urat nadimu (Qof :16)

– Aku mengkabulkan doa-doamu ( Al Baqoroh :186)

– Aku selalu Mengawasimu ( An Nisa’ :1).

– Aku Meliputimu (An Nisa’:108).
Kita masih ragu dan masih selalu menganalisa tidak langsung yakin begitu saja, analisa ini dan itu dengan berbagai rentetan analisa yang sangat panjang. Seperti tak percaya dan bahkan meragukan kebesaranNya.

Ini mengindikasikan keberadaan Tuhan masih kita nafikan, kita lupakan dan belum menjadi prioritas sekaligus tujuan kita hidup di dunia ini. 
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.

( Nuh :13-14).
Padahal setiap sholat kita selalu mengikrarkan…
ان صلاتي ونسكي ومحيا ي ومماتي لله رب العالمين. لا شريك له وبذ لك امرت وانا من المسلمين…
Sesengguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, matiku itu semua karena Allah Tuhan sejagat alam raya, tidak ada sekutu bagiNya, maka dari itu aku diperintahkan termasuk orang-orang yang berserah.
Sudah saatnya upgread selalu tujuan hidup Kita ini, install ulang tujuan hidup kita menjadi apa yang selalu kita ikrarkan dalam setiap sholat.

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semua karena Allah”.
Bagaimana mungkin seseorang bisa sempurna ibadahnya? Tenteram dalam hidupnya?

Ikhlas hatinya?

Kalau belum benar-benar mengenalNya?

Kalau belum mengetahui bahwa semua sistemNya sangat sempurna?

Masih merasa bisa merubah segala hal karena belum menyerah pada sistemNya yang tidak mungkin bisa dirubah?

Masih merasa bisa menentukan “eksistensinya” karena belum redha terhadap ketetapanNya?

Masih khawatir dan sedih karena sering melupakanNya?
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
(Al Kahfi :68)
Orang-orang yang senantiasa fitri (suci), adalah mereka; 

– Sudah lebur kewujudannya.

– Ingat Allah senantiasa.

– Ketika salah minta maaf.

– Ketika berdosa mohon ampun.

– Nikmat bersyukur.

– Kurang meminta.

– Ada masalah “naik”.

– Meyakini bahwa setiap keadaan adalah sarana menuju Tuhan.

– Setiap kondisi situasi adalah anugerah Ilahi sebagai ” media ” senantiasa rujuk

 ( kembali).

– Setiap detik berbuat baik karena mereka yakin Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.

– Setiap saat selalu sabar karena mereka yakin Allah bersama orang-orang yang bersabar.

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

( Ali Imron:193)
Kamis, 25 Februari 2016

by: Taufiqurrahman, Yamas Indonesia.

Read Full Post »

Hanya mencoba merangkum beberapa Pokok Pikiran dalam Syarahan Dasar Ustadz Hussien bin Abul Latiff…

Slide1

 

Slide2

Slide3

Slide4

Slide6

Slide5

Slide6

Slide7

Slide8

Slide9

Slide10

Slide11

Slide12

 

Slide29

Slide14

Slide15

Slide16

Slide17

Slide18

Slide19

Read Full Post »