NUANSA TAMAN LARANGAN…
Kalau kita membaca ayat 27-30 surat Al Fajr mulai dari ayat 30 lalu kembali ke ayat 27, maka kita akan mendapati sebuah KABAR GEMBIRA dari Allah buat seluruh UMAT MANUSIA. Bahwa ADA sebuah TEMPAT yang dinamakan oleh Allah sendiri sebagai JANNATI (Syurga-Ku). Di dalamnya di huni melulu oleh hamba-hamba-Ku (Orang-orang Allah). Tidak ada penghuni lain selain mereka. Ciri-ciri kehidupan mereka adalah bahwa antara mereka dan Allah sudah terjalin hubungan yang saling Ridha dan Meridhai. Mereka benar-benar telah merasakan bahwa Allah telah Ridha kepada mereka. Dan merekapan telah Ridho pula kepada Allah. Sehingga JIWA merekapun menjadi TENTERAM dan TENANG…
Allah tidak mengatakan bahwa JANNATI itu adanya nanti hanya di AKHIRAT. Tapi Allah menyebutkannya sebagi sebuah TEMPAT yang berlaku secara UMUM. Artinya tempat itu bisa ada Di DUNIA saat ini dan bisa pula ada DI KHIRAT kelak. Dua-duanya…
Penghuni JANNATI itu adalah orang-orang yang sudah TIDAK mempunyai masalah lagi dengan Allah, walau sedikitpun. Mereka telah MENYERAH bulat-bulat terhadap setiap KETETAPAN dan KETENTUAN Allah yang telah Allah buatkan untuk mereka maupun untuk semua ciptaan Allah yang lainnya. Jiwa mereka sudah TIDAK BERKOCAK dalam menghadapi berbagai hantaman dan Problematika Kehidupan.
Mereka sudah TIDAK BERGADUH sedikitpun dengan ALLAH dan dengan siapapun juga. Sebab mereka sudah tahu dan paham tentang RAHASIA disebalik segala yang BERLAKU. Bahwa:
• Allah swt adalah Dzat Yang Maha Bijaksana.
• Semua yang Dia buat ada hikmahnya.
• Semua adalah Hak-Nya.
• Semua adalah Dzat-Nya.
• Dia berbuat segala sesuatu terhadap Sedikit dari Dzat-Nya Sendiri.
• Mereka pada hakekatnya adalah tidak wujud.
Melihat kenyataan yang tak terbantahkan itu, jiwa mereka segera saja menyungkur seraya berucap “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka sudah menyadari akan ketiadaan mereka. Ya…, mereka telah mati sebelum mati. Mereka “berkafankan” dan berselimutkan Dzat-Nya yang sejumput…
Sehingga JIWA (AN NAFS) merekapun segera saja menjadi SANGAT TENTERAM dan TENANG… Nafsul Muthma’innah…. Karena mereka sudah bersedia untuk MENYERAH dan RIDHA…
Mereka telah mendapatkan TEMPAT BERGANTUNG yang tidak ada lagi tempat bergantung yang lebih baik dari itu. Mereka telah bergantung TOTAL kepada ALLAH…, sehingga mereka SANGAT LAYAK untuk berkata kepada Allah:
• Inna shalati…
• Wanusuki…
• Wamahyaaya…
• Wamamaati…
• Lillahi rabbil ‘alamiin…
Sungguh…, semua shalat dan ibadah-ibadah mereka yang lain, segala romantika kehidupan dan kematian yang sedang dan yang akan mereka LAKONI, semata-mata hanya mereka dedikasikan sebagai Jalan Pengabdian mereka kepada Allah. Karena mereka semata-mata hanyalah Khalifah bagi Allah untuk merealisasikan Rencana-rancana Allah yang tidak bisa dipikul dan dilaksanakan oleh langit, bumi, dan gunung-gunung.
Oleh sebab itu, KEBERADAAN mereka akan meninggalkan BEKAS. Gerakan KAKI mereka akan membentuk jejak-jejak PERADABAN. TANGAN mereka akan berlimpah dengan KEMANFAATAN. Lidah mereka akan menaburkan KESEJUKAN. Sorot mata mereka akan merekahkan KETEDUHAN dan KESUKACITAAN.
KEGEMBIRAAN dan KESUKACITAAN itu akan bertaburan saat dan dimanapun mereka berada. Sebaliknya, KESUNYIAN dan KEHAMPAAN akan terasa sangat menggigit saat mereka sudah TIADA. Keberadaan maupun ketidakberadaan mereka benar-benar terasa bagi Alam. Karena mereka memang adalah Rahmatan Lil alamin. Petugas Allah untuk menyalurkan berbagai Rahmat Allah untuk Semesta Alam.
Bersambung