Ilmu, adalah salah satu makhluk ciptaan Allah yang sangat penting bagi umat manusia. Ilmu itulah yang akan membawa umat manusia untuk memahami berbagai hal yang berguna bagi umat manusia itu sendiri dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Oleh sebab itu, ilmulah yang akan membedakan kualitas atau kedudukan seseorang dibandingkan dengan orang yang lain. Ilmu pulalah yang akan membedakan MACAM dan JENIS ibadah serta amalan-amalan yang akan dijalankan oleh seseorang. Berbeda ilmu seseorang, maka berbeda pulalah kualitas, kedudukan, ibadah, dan amalan seseorang itu dengan yang lainnya.
Ilmu itu akan mengambil tempat di dalam HATI manusia, sehingga hati manusia itu akan mengontrol diri manusia itu sendiri untuk bertindak, bersikap, beramal, dan berperilaku sesuai dengan ilmu yang ada di dalam hatinya. Karena memang hati itu adalah PILOT atau PENGENDALI bagi diri seorang manusia yang akan menentukan kemana dirinya mau dibawa. Jadi boleh dikatakan bahwa dengan melihat tindakan, sikap, amal, dan perilaku seseorang, maka kita sudah dapat memahami ilmu macam apa yang ada di dalam hatinya.
Diri manusia terdiri dari empat unsur yang saling berhubungan, yaitu: Tubuh, Nyawa, Ruh, dan Hati. Nyawa akan selalu berpadu dengan Tubuh selama HAYAT masih dikandung badan. Ruh dan Hati bisa berpadu satu dan bisa pula terpisah. Ketika Ruh dan Hati berpadu satu, ia disebut sebagai JIWA. Ketika Ruh Dan Hati tidak perpadu, masing-masing disebut dengan namanya sendiri-sendiri, yaitu Hati dan Ruh. Sedangkan Hati itu sendiri terdiri dari unsur tiga serangkai yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu Minda, Pendengaran, dan Penglihatan. Dengan ketiga unsur inilah hati bisa melakukan proses untuk berpikir, memahami, mendengar, dan melihat. Pada bagian lain akan dijelaskan tentang anasir atau unsur diri manusia ini lebih lengkap.
Sebagai ciptaan, maka Ilmu itu sangatlah banyak sekali. Kalau semua ilmu itu mau ditulis, walaupun habis semua pepohonan dijadikan pena dan air tujuh lautan yang dijadikan sebagai tinta atau dakwat untuk menulisnya, namun ilmu itu belum akan habis-habisnya untuk dituliskan.
“Katakanlah : “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”, (Al-Kahfi: QS 18: 109)
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”, (Luqmaan: QS 31; 27)
Yang tidak banyak orang yang tahu adalah bahwa semua ilmu itu sudah diciptakan oleh Allah SWT sejak firman KUN. Begitu Firman KUN tersabda, maka lengkaplah segala sesuatu terencana, tertulis, dan tersimpan dengan sangat amat rapi di dalam Lauhul Mahfuz. Termasuk segala Ilmu dan Pengetahuan. Ilmu itu akan diturunkan kepada umat manusia sesuai dengan masa yang sudah ditetapkan dan ditempat mana ia akan dibutuhkan oleh umat manusia itu untuk membangun peradabannya.
Oleh sebab itu, sebenarnya, hakikinya, tidak ada seorangpun yang berhak untuk mengatakan bahwa dia adalah penemu, founder, atau pencipta dari suatu ilmu atau pengetahuan. Karena Ilmu itu hanya sekedar muncul begitu saja keluar dari Lauhul Mahfuz pada saat yang telah ditentukan melalui wadah-wadah tertentu yang waktu kemunculannya melalui wadah tertentu juga sudah ditetapkan Allah SWT sejak Firman KUN.
Dan WADAH tempat dimana keluarnya Ilmu itu dari “sarangnya” (Luhul Mahfuz) disebut sebagai KALAM-KALAM ALLAH. Sedangkan bahasa yang keluar dari wadah itu untuk menjelaskan berbagai keadaan dan peristiwa disebut sebagai BAHASA KALAM, yaitu bahasa yang dengannya Allah SWT memberikan Pelajaran dan Pendidikan kepada Umat Manusia tentang berbagai hal yang tadinya tidak diketahui oleh umat manusia, sehingga dengan bahasa kalam itu umat manusia menjadi mengerti dan paham tentang berbagai fenomena, peristiwa, dan keadaan.
“Alladzi ‘allama bil Qalam, ‘allamal insaana maa lam ya’lam, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”, Al Alaq (QS 96: 4-5).
Dengan ilmu itulah manusia berubah dari pandir menjadi cerdas, dari buta menjadi celik dan melihat, dari bingung menjadi paham, dari bodoh menjadi tahu. Dan dengan ilmu itu pulalah Allah mengantar setiap orang untuk menjalani takdir atau destiny-nya sejak ia memasuki pintu kelahiran sampai ia kemudian masuk kembali ke pintu kematian.
Andaikata kamu mengenali Allah Ta’ala dengan sebenar-benar pengenalan, niscaya kamu akan diajarkan-Nya suatu ilmu yang tiada lagi sesudahnya sifat kejahilan. Sayid Ahmad Rifai, Benteng Ahli Hakikat, 33 (1994).
Yang menarik adalah bahwa semua ilmu itu, sebagai ciptaan, ia juga akan hidup dan mempunyai umur. Selagi ilmu itu masih hidup dan umurnya belum habis, serta masih bermanfaat bagi manusia, maka ia akan tetap ada walaupun kalam-kalam Allah yang menyampaikannya sudah tidak ada lagi pada suatu masa tertentu. Ketika kalam penyampai ilmu itu terhenti, maka perjalan dan perkembangan ilmu itu menujua yang lebih baik dan sempurna juga akan terhenti untuk sementara waktu. Ia menunggu munculnya kalam-kalam selanjutnya yang akan menyambung perjalanan ilmu itu dengan kualitas yang jauh melampaui ilmu tersebut sebelum ia terhenti.
Artinya, ilmu-ilmu itu akan tetap hidup melintasi zaman dan masa, sampai ia tidak dibutuhkan lagi oleh umat manusia untuk menjalani dan membangun kehidupannya. Kalau sudah tidak dibutuhkan lagi, maka suatu ilmu tertentu akan mati. Ia hanya akan menjadi sejarah yang akan dikenang-kenang oleh umat manusia di zaman yang akan datang. Bahwa pernah pada suatu waktu dulu hidup sebuah ilmu tentang A, B, atau C, sedangkan pada saat sekarang, ilmu-ilmu lama itu sudah tidak terpakai lagi.
Oleh sebab itu, orang-orang yang gemar memperdebatkan dan memperebutkan ilmu, itu sebenarnya sama saja dengan orang yang sedang bertengkar dan gontok-gontokan tentang berapa jumlah tetesan air di dalam lautan atau butiran pasir di padang pasir. Sesuatu yang tidak akan pernah selesai dan hanya akan menghabiskan waktu mereka saja untuk melakukannya. Sesuatu yang sangat tidak perlu banget, terutama bagi orang-orang yang sudah paham tentang hakekat dari semua ciptaan. Karena memang semua ilmu yang akan diperdebatkan itu sudah ada sejak FIRMAN KUN. Kemunculan ilmu-ilmu itupun sudah direncakan Allah pada saat yang tepat dan melalui kalam-kalam-Nya yang tepat pula. Ia sudah diijinkan untuk terbentang dan menyebar ketempat-tempat yang membutuhkannya. Kemunculannyapun sudah direncanakan Allah untuk meramaikan sandiwara dalam kehidupan umat manusia. Sandiwara yang sangat kaya dengan berbagai pertunjukan SIFAT-SIFAT, misalnya baik dan buruk, kotor dan bersih, jahat dan kasih, mati dan hidup, dan lain-lain sebagainya. Sandiwara yang sungguh penuh dengan ragam warna yang membentuk pelangi kehidupan.
Sebagai wadah penyampaian Ilmu, maka Kalam-kalam Allah SWT adalah sangat banyak sekali. Seorang guru adalah kalam Allah bagi muridnya, ibu dan bapak adalah kalam Allah bagi anak-anaknya, juga anak-anak adalah kalam bagi ibu dan bapaknya, dosen adalah kalam Allah bagi mahasiswanya, ustadz adalah kalam Allah bagi santri-santrinya, para hakim adalah kalam Allah bagi para pencari keadilan, polisi dan tentara adalah Kalam Allah untuk pencari keamanan, lebah dan semut serta binatang-binatang lainnya juga adalah kalam-kalam Allah bagi para pencari ilmu-ilmu lainnya, dan sebagainya.
Al Quran sebagai sumber ilmu, juga adalah salah satu Kalam Allah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia. Siapapun yang mau mengkaji Al Quran, maka ia akan mendapatkan ilmu yang sangat berlimpah di dalamnya. Selama ini terjadi perdebatan yang sangat seru tentang kedudukan Al Quran ini apakah ia ciptaan ataukah bukan. Ada yang berpendapat bahwa Al Quran ini adalah ciptaan, namun ada pula yang berpendapat bahwa Al Quran ini bukanlah ciptaan. Akan tetapi, nanti dapat dipahami, bahwa dengan berbekal ilmu makrifatullah yang didalamnya sudah tidak ada lagi keraguan, maka Al Quran itu dapatlah dikatakan sebagai CIPTAAN. Karena ia berada di dalam Lauhul Mahfuz. Dimana, apapun yang ada di dalam lauhul mahfuz pastilah ciptaan. Ia baru ada setelah Firman KUN.
Artinya dapatlah dipahami bahwa setiap ciptaan adalah kalam-kalam Allah sebagai tempat bagi keluarnya suatu Ilmu untuk dipahami oleh umat manusia. Bahkan suatu bencana yang sangat dahsyat dan memakan korban mati yang sangat banyakpun, ia juga adalah Kalam Allah yang sedang mengajarkan suatu ilmu kepada manusia-manusia yang mau membaca dan mempelajarinya.
Kalau ilmu itu sudah saatnya untuk muncul, maka akan selalu ada kalam-kalam Allah yang akan menjadi perantara Allah bagi turunnya ilmu itu kepada umat manusia. Ilmu itu akan menyebar sendiri mencari orang-orang yang berjodoh dengannya. Kalau seseorang berjodoh dengan sebuah ilmu, maka ilmu itu akan menjadi jinak dengannya. Ciri-ciri bagi seseorang yang mempunyai sebuah ilmu yang sudah jinak dengannya adalah ia akan mudah paham dengan ilmu itu, ia akan mudah ingat dengan ilmu itu, dan ia akan mudah pula untuk menyampaikan ilmu itu kepada orang lain. Artinya ia telah menjadi kalam Allah pula bagi orang lain yang akan menjadi perantara Allah dalam menyampaikan ilmu itu kepada orang lain. Sebaliknya, kalau ilmu itu masih belum jinak dengan seseorang, maka orang itu akan mudah lupa dengan ilmu itu, ia akan mudah ragu-ragu dengan ilmu itu, atau bahkan ia akan tidak paham sama sekali dengan ilmu itu.
Bentuk lain dari Kalam Allah untuk mengantarkan ilmu kepada manusia bisa pula berupa ILHAM. Melalui ilham ini, ilmu itu sampai ke dalam hati manusia dengan sangat cepat tanpa terlebih dahulu melalui proses belajar, membaca, dan mendengar. Ilmu itu langsung masuk kedalam hati seseorang, sehingga seseorang itu langsung mengerti dan paham tentang sesuatu secara tiba-tiba. Ilmu yang proses turunnya kepada seseorang dengan cara yang seperti ini bisa pula disebut sebagai ILMU LADUNNI.
Kepada Nabi-nabi dan Rasul-Rasul Allah, perantara atau kalam Allah tempat turunnya Ilmu itu bukan lagi disebut ilham, tetapi WAHYU. Melalui wahyu itulah turunnya ilmu yang akan disampaikan oleh para Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul Allah itu, yang jumlahnya 124.000 orang, untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing. Wahyu terakhir turun kepada Rasulullah Muhammad Saw, sebagai Nabi dan Rasul terakhir dari 124.000 Nabi dan Rasul-rasul Allah yang diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia. Setelah kewafatan Rasulullah Muhammad Saw, maka tidak ada lagi ilmu yang turun melalui saluran WAHYU. Yang ada hanyalah ilmu yang turun melalui saluran ILHAM. Dengan begitu, maka tidak ada lagi syariat baru yang turun setelah kewafatan Beliau, yang berkenaan dengan ibadah-ibadah Penyembahan kepada Allah.
Read Full Post »