DIA MAHA HALUS, MAHA MELIPUTI SEGALA SESUATU
Selama ini orang merasa bingung untuk menerangkan ayat bahwa Dia Maha Halus. Al Latiff. Apa-Nya yang Maha Halus?, sehingga orang lalu menyimpulkannya bahwa Yang Maha Halus itu maksudnya adalah Dia Maha Lembut kepada ciptaan-Nya. Lalu Al Latiff dipakai hanya untuk dijadikan Wirid atau ucapan dzikir secara berulang-ulang, Ya Latiff…, Ya Latiff…, Ya Latiff, dengan harapan si pembacanya bisa dimudahkan rezkinya, atau terhindar dari bencana yang sedang menimpa pada suatu daerah atau kaum.
Begitu juga untuk memahami ayat bahwa Dia Maha Meliputi. Selalu saja orang mengatakan bahwa yang meliputi itu adalah Kekuasaan-Nya, atau Ilmu-Nya, atau Pengetahuan-Nya. Tidak ada yang berani mengatakan bahwa Yang Maha Meliputi itu adalah Dzat-Nya atau Diri-Nya. Itu karena takut terperosok kedalam Pahaman Wahdatul Wujud yang tidak diterima oleh Syarak. Tetapi bukankan Kekuasan-Nya, Ilmu-Nya, Pengetahuan-Nya melekat dengan Dat-Nya atau Diri-Nya?. Ini yang membingungkan orang untuk menjelaskannya.
Ada memang yang berani mengatakan bahwa Yang Maha Meliputi segala sesuatu itu adalah Allah Sendiri. Ayat yang paling populer untuk ini adalah: “Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu”. (QS.Fushshilat (41):54). Artinya, Allah meliputi Alam semesta, Allah meliputi diri makhluk apapun juga, termasuk diri manusia. Inipun sulit diterankan tanpa terperosok kedalam pahaman Wahdatul Wujud.
Betapa tidak, untuk membuktikan kenyataan atau keadaan bahwa Dia Maha Meliputi segala sesuatu itu harus dicari dengan melalui riyadah-riyadah atau latihan-latihan tertentu. Dan latihan yang paling populer untuk ini adalah dengan merasakan GERAK atau bisa juga merasakan GETARAN (VIBRASI).
Mari kita ulas sedikit disini. Untuk merasakan Gerak, bisa dilakukan dengan terlebih dahulu mengamati sesuatu yang bergerak atau bisa juga dengan melakukan aktifitas bergerak itu sendiri dalam keadaan tubuh dirilekskan.
Gerak yang paling mudah diamati dalam waktu yang cukup lama adalah dengan mengamati gerak turun naiknya nafas. Inilah pintu masuk yang paling banyak dipakai dalam berbagai tradisi meditasi hindu/budha dan tradisi dzikir dalam tarekat pada tingkat advance. Karena ia dilakukan hanya dengan mengamati saja gerak turun naiknya nafas itu untuk beberapa saat.
Ini adalah pengalih fokus, pengalih perhatian yang sangat mudah. Dengan mengamati gerak turun naiknya nafas, maka kita otomatis akan bisa melupakan apapun juga selain gerak turun naiknya nafas itu sendiri. Inilah salah satu cara untuk melupakan segala permasalahan yang cukup powerfull dan banyak dipakai orang sekarang ini dalam berbagai tradisi meditasi hindu, budha, tarekat, atau dzikir jalan wali-wali.
Untuk lebih memfokuskan lagi ingatan atau pikiran pelaku meditasi kepada gerak turun-naiknya nafas itu, ada juga yang menambahkan lagi ucapan-ucapan tertentu, misalnya Ooomm…, oomm dengan irama monoton bernada minor dan agak menggetarkan suara, atau suara aahh…, aahh…, aahh… seiring dengan gerakan keluarnya nafas dari paru-paru. Sedangkan pada pelaku dzikir dalam praktek dzikir tertentu bisa menambahkan pula ucapan Huu…, huu…, atau Hu Allah…, Hu Allah…. Misalnya, saat mengamati keluar nafas dibarengi dengan ucapan Huuuu, lalu saat nafas masuk kembali ke paru-paru dibarengi pula dengan ucapan Allah…
Tetapi jarang sekali yang mengetahui bahwa ada satu masalah besar disini, yaitu walaupun ucapannya Huu, atau Allah, ingatannya malah kepada GERAK. Ya…, ingatan fokus kepada gerak naik turunnya nafas, bukannya kepada Allah. Artinya walaupun saat itu pikirannya sudah kosong dari segala permasalahannya, namun pikiran, atau minda, atau hati rohaninya tidak ada penjaganya. Ini masalahnya. Minda yang kosong tanpa penjaga seperti inilah yang sangat disukai oleh syaitan. Ia akan memprovokasi pelaku meditasi atau dzikir itu untuk mengatakan bahwa diujung nafas itu ada Diri Sejati, atau ada yang menyebutnya Ruh (diri rohani). Kemudian syaitan itu menambahkan pula RASA seakan-akan, si pelaku dzikir atau meditasi itu yang merasa sudah menemukan diri sejatinya atau diri rohaninya, bisa pula tenggelam di dalam Diri Alam semesta, atau Diri Kosmik, atau diri PEPADANG. Dan selangkah lagi, jadilah sipelaku meditasi atau dzikir itu merasa menjadi orang yang tercerahkan secara paripurna. Ia telah merasa menjadi Avatar, Guru Sejati, Guru Mursyid, yang mendapatkan bimbingan dari Diri Kosmik, diri Pepadang, atau Tuhan bagi orang yang beragama. Lalu iapun menjadi orang yang populer, orang yang diagung-agungkan oleh para murid atau pengikutnya.
Hal yang hampir sama dilakukan pula oleh perilaku meditasi atau dzikir yang fokus untuk MERASAKAN GERAK atau VIBRASI. Mereka akan memulainya dengan bergerak, atau berjalan. Bisa bergerak atau berjalan secara berputar-putar di tanah lapang yang luas sambil memandang bintang-bintang dilangit. Lalu lama kelamaan mereka seperti bisa merasakan bahwa bukan hanya tubuh mereka saja yang bergerak, tetapi bintang-bintang yang dilangit itu juga bergerak berlawan arah dengan gerakan berputarnya tubuh mereka. Pergerakan tubuh mereka dengan bintang-bintang itu seperti menyatu dan serasi. Kemudian mereka mulai melakukan afirmasi (meyakini) bahwa sebenarnya bukan mereka yang bergerak, tetapi mereka MERASA hanya DIGERAKKAN oleh sebuah tenaga Raksasa. Tenaga yang mampu menggerakkan diri mereka dan alam semesta. Lama-lama mereka akan merasa tersedot keatas seakan sedang berjalan keluar dari tubuh mereka yang sedang digerakkan itu. Atau mereka bisa pula berguling-guling ditanah seperti tidak tertahankan. Inilah salah satu efek ekstasis yang mereka cari-cari. Inilah yang sering dinamakan orang sebagai MEDITASI GERAK.
Pelaku tarian sufi ala Rumi sebenarnya juga mengalami hal yang hampir sama dengan pelaku meditasi gerak ini. Cuma caranya saja yang berbeda. Pelaku tarian sufi ala Rumi ini menambahkan pula irama tepuk gendang dan nyanyian (suara) ketika mereka melakukan gerak berputarnya. Tetapi efek ekstasi yang dirasakan pelakunya sama saja dengan pelaku meditasi gerak.
Prosesi meditasi vibrasi atau getaran juga sama seperti ini. Mereka mulai dengan posisi duduk tertentu, tubuh rileks sempurna. Tidak bergerak. Mereka memfokuskan ingatannya kepada sebuah daya atau kekuatan atau getaran yang mereka rasakan ada di dalam dada mereka. Lalu mereka mulai merasa-rasakan bahwa getaran itu bisa menggetarkan tubuh mereka, lalu tubuh mereka bergerak-gerak mengikuti getaran itu. Getaran seperti Ini boleh disebut sebagai Getaran Pribadi. Lalu ketika getaran pribadi itu mereka yakini bisa disinkronkan dengan getaran Alam, maka jadilah mereka bisa bergerak sesuai dengan getaran alam yang mereka yakini ada itu. Kalau dia seorang pesilat, maka ia akan bisa bergerak seperti orang yang sedang bersilat. Ia bisa bersilat menurut berbagai macam gerakan sesuai dengan afirmasi atau keyakinan mereka. Ada silat harimau, silat Prabu Siliwangi, dan sebagainya.
Tentu saja kalau ini diulas bisa menjadi sangat panjang sekali. Tetapi tujuan kita bukanlah untuk mempelajari semua itu. Kita hanya ingin melihat bagaimana sulitnya untuk memahami tentang ayat yang berkenaan dengan Dia Maha Meliputi segala sesuatu kalau tidak dimulai dengan ilmu yang Makrifatullah yang mumpuni.
Nanti dalam bab Dzikrullah (cara Tasawuf Jalan Nab-Nabi), kita akan melihat pula betapa pentingnya kita menjaga INGATAN kita, pikiran kita, minda kita itu untuk selalu diisi dengan satu penghuni saja, yaitu Ingatan kepada Allah. Sebab minda yang penuh diisi dengan ingatan kepada Allah itu akan menjadikan minda atau hati itu dijaga oleh Allah sendiri. Sehingga nantinya yang populer adalah Allah Swt.
Mari kita lanjutkan…, sebelumnya kita sudah membahas bahwa dalam MENCIPTAKAN makhluk, Allah hanya mengawalinya dengan mentajallikan sedikit Diri-Nya Yang Maha Halus. Maksudnya adalah Maha Halus terhadap Diri-Nya Yang Maha Besar.
Lalu hanya dan hanya didalam Diri-Nya yang Maha Halus itulah semua ciptaan berada. Itulah ciptaan Wajibul Wujud (Dzat-Nya) dan ciptaan Mumkinul Wujud (Lauhul Mahfuz). Ilmu ini adalah untuk menekan dengan tegas bahwa semua ciptaan ini hanya berada di dalam sedikit Diri Allah Yang Maha Halus saja. Sehingga keagungan, kemulyaan, kerahasian, kesucian, dan kehormatan Allah tetap terjaga dan tidak tercemari oleh anggapan dan persepsi makhluk.
Tetapi ketika kita berbicara tentang Yang Maha Halus DI DALAM Lauhul Mahfuz itu sendiri, maka yang dimaksud dengan Maha Halus itu adalah wujud yang Maha meliputi segala sesuatu karena saking halusnya. Saking kecilnya tanpa ia bisa dibayangkan atau dirasakan. Yang Maha Halus ini hanya bisa dibandingkan dengan materi yang paling kecil, yaitu atom, atau Quarks, atau Lepton, atau partikel-partikel elementer lainnya, atau bahkan lebih kecil dari gaya-gaya yang sudah diketahui oleh scientist seperti gaya grafitasi, gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, gaya electomagnetic. Yang Maha Halus itu lebih kecil, lebih halus dari semua itu…
Begitulah Yang Maha Halus yang dimaksudkan. Ia meliputi segala materi sampai kepada bagian yang paling kecil dari materi itu, Ia meliputi segala energi, segala gelombang, segala getaran. Semuanya, segala sesuatu, diliputi oleh Wujud Yang Maha Halus ini. Tanpa ada ruang yang tersisa sedikitpun.
Hal ini seumpama air yang meliputi keseluruhan Es Batu ataupun Gunung Es. Tidak ada bagian dari es batu atu Gunung Es itu yang tidak diliputi oleh air. Seperti juga karet atau getah yang meliputi seluruh sendal jepit. Seperti kayu atau sedikit pohon yan meliputi seluruh meja dan kursi. Seperti tepung yang meliputi seluruh bagian dari berbagai macam kue. Begitulah perumpamaan dari makna Maha Halus yang Maha Meliputi segala sesuatu.
Maka dalam pandangan Hakekat, Dzat-Nya lah yang Maha Halus dan meliputi segala macam ciptaan, baik materi, energi, gelombang, getaran, dan string menurut fisika kuantum, yang semuanya kita ringkas saja menjadi Ciptaan Mumkinul Wujud. Dzat-Nya yang maha meliputi semuanya.
Sedangkan dalam pandangan Makrifat, Wajah-Nya lah Yang meliputi segala sesuatu, meliputi Dzat-Nya dan juga sekaligus meliputi segala macam ciptaan Mumkinul Wujud. Yang Maha Halus itu melingkupi, meresapi, menekan Dzat dan Ciptaan dari segala penjuru. Karena semuanya memang berada DIDALAM liputan Yang Maha Halus itu. Ini mudah sekali kita untuk memahaminya.
Bersambung
Tinggalkan komentar