Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Oktober, 2010

Tiba-tiba seorang anak muda mendekati saya:”pak…,terima kasih”, katanya terisak.

“kenapa anda ada disini?, tanya saya.

“saya dihukum seumur hidup pak”.

“kenapa…?”…”saya membunuh satu keluarga”, katanya datar.

“ooo yaa…”, mata saya menatapnya sejenak.

“bapak mungkin masih ingat, pembunuhan satu keluarga di Belakang Balok Bukittingi. Nah Pembunuhnya itu adalah saya…”, sang anak muda seperti melamunkan kejadian itu kembali.

“kenapa?”.”saya sakit hati kepada keluarga itu…”, katanya mantap.

….. beberapa pembicaraan lain saya skip.

“pak…, selama saya disini disetiap khotbah saya selalu merasa tercabik-cabik, karena khatibnya selalu bercerita tentang azab neraka. Rasanya saya memang sudah pantas untuk masuk kedalam kerak neraka. Sedang syurga rasanya nggak akan pernah saya rasakan. Bertahun-tahun saya dan teman-teman dipenjara ini merasakan hal seperti itu. Penjara bukannya tempat kami bisa menemukan diri kami kembali. Tapi penjara hanyalah tempat perpindahan hidup kami dari alam merdeka kealam gelap menakutkan disini…”, dia bercerita dengan mata redup.

“tapi pak…, hari ini ada benih benih kebahagiaan muncul didalam hati saya. Benih itu begitu cepat mekar dan berbunga. Hari ini, untuk pertama kalinya saya merasa begitu berbahagia. Rasanya bahagia itu begitu dalam…, tak berdasar. Semakin saya menyelam…, bahagia itu semakin pekat”, matanya mulai kembali bersinar oleh sebutir cairan bening yang jatuh dari sudut matanya.

“kenapa anda begitu bahagia…”, selidik saya..

“Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidup ini, saya merasa punya ALLAH…”, isaknya mulai memburu.

“iya pak…, Allah saya begitu lembutnya menyentuh hati saya, sehingga dada saya tadi begitu lega dan bahagia. Beban saya bertahun-tahun seperti lenyap seketika saat Alah saya menyentuh dada saya. Allah saya ternyata sangat berbeda dengan gambaran yang yang sering disampaikan orang kepada saya selama ini. Ternyata Allah saya bukan sesuatu yang sangat menakutkan. TIDAK. Allah saya adalah Allah yang sangat menyayangi saya. Ternyata untuk mengenal Allah saya yang sekarang, saya harus terlebih dahulu masuk kedalam penjara ini…”, matanya sejenak seperti terpejam.

“pak…, saya sekarang punya Allah…”, suaranya mulai serak.

“ya Allah…, ya Allah…”, dadanya kembali bergemuruh.

“ya Allaaaaaah…, ya Allaaaahhh”, jantungnya mulai menggelepar…

“ya Allah…, Ya Allah…”, ruhaninya pun meluncur…

Dia tersungkur sujud, sambil menagis dengan suara keras.

Saya pegang pundaknya dengan lembut dan berkata: “letakkan semua tangis dan suaramu itu didalam hatimu…!”.

Lalu… dia diam…, yang ada hanya seonggok tubuh yang sedang sujud. Yang ada hanya butiran airmatanya yang mengalir deras. Yang ada hanya gerakan keluar masuk nafasnya yang lembut. Tanda kehidupan.

Kemudian saya ajak dia memuja Allah…

“Subhanallah…., Alhamdulillah, laa ilaha Illallah, Allahu Akbar”, dia ikuti semua itu dengan lirih.

Saya minta dia segera memperbaharui syahadatnya dan bershalawat untuk nabi. Dia lakukan semua itu dengan tubuh menggigil.

LAlu dia beranjak kepojok masjid yang ada didalam penjara itu, dan dia melakukan shalat yang alangkah panjangnya….

Saat saya pamit mau ke penjara narkoba, saya mencari-cari si pemuda tadi. Tidak ketemu…. Mana dia…?, bisik saya.

Tiba-tiba seseorang mengatakan kepada saya: “pak si anu itu…, sedang shalat pak dari tadi…”

Lalu dari mulut saya menggurimin sebait do’a: “Ya Allah…, berkehendaklah untuknya ya Allah…”

Dan sayapun berlalu dengan bahagia….

Wass

Deka.
Pelatihan shalat Khusyu di Nusakambangan

Read Full Post »

Dia Yang Bersembunyi…

Dulu aku YANG INGIN shalat,
makanya aku shalatnya ingin buru-buru.
Karena sa’at shalat itu ada segudang INGATAN lain yang sedang liar menuntunku.

Sekarang aku MENUNGGU DIPERSILAHKAN shalat oleh Allahku,
…lalu LAA SYARIKALAHU…, Allahku pun mencopot INGATANKU kepada yang lain
selain-Nya.
Makanya aku sekarang bisa shalat lama sekali dalam tuma’ninah (diam).

Hayya ‘alashshalah…, SILAHKAN shalat wahai hamba-Ku, dan Allahku pun lalu MENUNTUNKU dalam shalat itu.
Warka’uu…, Wasjuduu…, SILAHKAN rukuk dan sujud wahai hamba-Ku, dan Allahku pun menundukkan tubuhku.
Wa’buduu…, SILAHKAN menyembah-Ku wahai hamba-Ku, dan Allahku pun menyungkurkanku.
Waqtarib…, SILAHKAN mendekat… wahai Hamba-Ku, dan Allahku pun merengkuhku.

Hayya ‘alal falah…, SILAHKAN berbahagia wahai hamba-Ku, lalu Allahku pun membuatku menggigil dalam rembesan kesukacitaan.

Tapi…
Saat aku ALFA untuk BERAMAL SHALEH pagi hari ini, maka shalatkupun langsung hambar. Seakan Allahku menolakku, “Kau bawa amal shaleh apa hari ini untuk berani datang menghadap kepada-Ku?”. Lalu akupun bergegas keluar rumah untuk bisa menjadikan tanganku bermanfaat bagi orang lain.

Ternyata…
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (menjadi PRODUKTIF) dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Al Kahfi 110)

Shalat, puasa, Zakat, Haji adalah alat terbaik untuk melatih kita agar TIDAK menyekutukan ALLAH.

Amal Shaleh adalah berbagai CARA dan AKTIFITAS untuk menjadikan DIRI KITA BERMANFAAT bagi orang lain. Tangan kita, lidah kita, menjadi produktif untuk orang lain.

JAdi untuk bisa berjumpa Allah. Jangan Syirik, dan jadilah bermanfaat bagi orang lain. Kalau tidak berbekal DUA-DUANYA, maka kita tidak akan pernah jumpa dengan Allah DIDUNIA INI.

Shalat (Ibadah) hanya membawa kita ke GARIS START.
Sedang Amal Shaleh adalah perlombaan demi perlombaan kebajikan untuk menjadikan keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Dan itu tidak terbatas.

Duhai…
Ya Allah…, ternyata Engkau bersembunyi dalam Al-Quran-Mu…
Ya Allah…, andaikan dalam memakrifatkan diriku kepada-Mu kali ini terdapat kekurangan dan kesalahan, maafkanlah aku ya Allah…

Salam Deka

Read Full Post »