Untuk membantu agar umat manusia bisa kembali mendapatkan alamat atau tempat berpegangan yang kokoh dan sangat kuat, maka Allah telah mengutus sekitar 124.000 Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, sejak dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Disinilah terlihat betapa besarnya kasih sayang Allah kepada seluruh umat manusia.
Nabi dan Rasul sejak dari Nabi Ibrahim AS, sampai dengan Rasulullah Muhammad SAW, semuanya mengajarkan tentang sebuah sistem yang di dalamnya berlaku pembalasan yang lurus (dinul qayyim (QS 30:30)) yang tidak akan pernah berubah sejak dari awal masa penciptaan semua ciptaan sampai dengan musnahnya kembali semua ciptaan itu, sehingga pada akhirnya yang tinggal abadi hanyalah Allah sendiri. Beliau-beliau itu mengenalkan kepada umat manusia agar agar kembali bisa MENYERAH TOTAL kepada aturan-aturan Allah (takdir) yang pembalasannya lurus-lurus saja. Tidak ada yang dipermain-mainkan. Kalau kita begini maka yang akan kita hadapi dan rasakan adalah begitu. Lurus-lurus saja. Dan semua aturan serta pembalasannya yang lurus itu tidak akan pernah berubah sejak dari awal sampai dengan akhir masa bagi kehidupan setiap ciptaan.
MENYERAH TOTAL KEPADA TAKDIR itulah sebenarnya yang disebut sebagai ISLAM (DINUL ISLAM). Inilah yang menjadi intisari dari ajaran Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul. Nabi Ibrahim menyerah total kepada takdir ketika Beliau dilemparkan oleh umat Beliau ke dalam api yang menyala-nyala. Nabi Musa menyerah total kepada takdir ketika Beliau berhadapan dengan jalan buntu ketika Beliau dan pengikut Beliau di buru oleh Fir’aun. Di depan adalah laut, sedangkan dibelakang Beliau adalah Fir’aun dan tentaranya. Nabi Isa as menyerah total kepada takdir ketika Beliau menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Nabi-nabi dan Rasul-Rasul yang lainpun tidak kalah rumitnya takdir yang Beliau lalui. Tak kalah beratnya takdir yang dilalui oleh Rasulullah Muhammad SAW. Akan tetapi semuanya telah mencontohkan tentang bagaimana sikap berserah yang sebenarnya kepada Allah dalam bentuk penerimaan total atas takdir Allah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk Beliau-Beliau hadapi. Sehingga Rasul dan Nabi itupun terlepas dari ikatan belenggu dan bingkai segala permasalahan. Walaupun permasalahan demi permasalahan tetap datang silih berganti kepada Beliau-Beliau, namun semua permasalah itu seperti DETACHED (terpisah) dengan Beliau.
Kalaulah mau diringkas, Islam atau penerimaan total terhadap takdir itu akan membuat kita menjadi:
1. RIDHO terhadap setiap takdir yang datang menghampiri kita.
2. Mulut kita lebih banyak DIAM dan terkunci. Bibir kita seperti terjahit erat. DIAM. Sesungguhnya berkhidmat kepada Allah itu terdiri dari sepuluh bahagian, sembilan darinya terletak dalam diam. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 94 (1980).
3. Kita tidak akan merungut atas apa-apa yang menimpa kita.
4. Kita tidak bertanya kenapa…?, terhadap prolematika yang datang kepada kita.
5. Kita tidak mengandai-andaikan, jika begini tadinya pastilah hasilnya akan jadi berbeda.
6. Kita tidak memutus-mutuskan sesuatu adalah salah atau sesuatu adalah benar.
7. Kita tidak menetap-netapkan seseorang masuk neraka atau masuk syurga.
8. Kita tidak memikir-mikirkan segala sesuatu sampai akhirnya kita menjadi pusing sendiri.
Dengan sikap menyerah total terhadap takdir seperti ini (ISLAM), maka kitapun jadi terpisah dari bingkai segala macam permasalan (detached). Kita menjadi orang yang bebas dan merdeka.
Bersambung
Tinggalkan komentar