MENGINGAT ALLAH…
Saat mengingat Allah, tidak boleh ada bentuk / bayangan apapun, tulisan, suara, cahaya, warna, dan apapun juga di dalam fikiranmu. Semua itu bukanlah Allah, melainkan ciptaan.
Mengingat Allah adalah seperti mengingat namamu atau nama seseorang. Kamu tidak membayangkan namamu, tidak juga kamu mengeja namamu di dalam fikiranmu ketika seseorang memanggil namamu, melainkan kamu langsung meresponnya.
Maka dari itu, saat mengingat Allah, kamu tidak boleh memvisualisasikan/ membayangkan Allah, tidak juga mengeja nama-Nya. Cukup ingat Allah seperti kamu mengingat dirimu sendiri saat ada orang lain memanggil kamu. Atau seperti kamu ingat kepada orang tua kamu. Misalnya ingat kepada ibumu, atau bapakmu.
Allah telah berfirman bahwa tiada apapun serupa dengan Dia, tidak ada pengelihatan yang mampu mencapai-Nya. Simpelnya, Dia adalah Tuhan yang tidak tercapai oleh penglihatan matamu.
Untuk mengingat Allah dalam pikiranmu (minda), kamu harus membersihkan dulu pikiranmu itu dari segala kotoran.
Kekotoran atau pikiran yang kotor akan menghambat peningkatan spiritualmu. Seperti yang Nabi telah katakan, di dalam tubuh anak Adam terdapat segumpal daging, bila segumpal daging itu baik; maka baik pulalah pemiliknya, dan hal tersebut adalah HATI (hati yang halus/ minda / akal). Bukan hati LEVER atau JANTUNG.
Untuk membersihkan semua kotoran di dalam pikiranmu, lakukan hal berikut:
1. Tutup kedua mata fisikmu dan (dengan mata fisik yang masih tertutup) fokuskan kedua matamu secara internal menuju yang ada di dalam fikiranmu. HITAM bola matamu di naikkan sedikit keatas. Setelah itu, coba tarik kelopak matamu, kamu akan mendapati bahwa kelopak matamu seperti tertutup kuat / terkunci. Ini menandakan bahwa matamu sekarang sudah fokus secara internal. Matamu yang fokus secara internal itu (fokus meski dalam keadaan tertutup itu) disebut juga mata hati / mata mental / mata batin.
2. Sekarang, dengan menggunakan fikiranmu, baca ayat-ayat Al Quran berikut: Al Ikhlas 3x, Al Falaq 1x, An Nas 1x, Al fatihah 1x. Semua bacaan itu dilakukan di dalam fikiranmu atau secara mental, bukan kamu ucapkan dengan lidah atau mulutmu. Jika setelah membaca ayat2 tersebut, mata mental atau mata hatimu masih melihat bahwa fikiranmu masih belum bersih dan belum kosong, maka ulangi lagi membaca ayat-ayat diatas di dalam fikiranmu sampai mata hati atau mata mentalmu melihat bahwa di dalam fikiranmu sudah kosong atau bersih. Biasanya membersihkan pikiranmu dengan cara seperti itu cukup hanya dua putaran saja dalam sekali latihan.
3. Setelah fikiranmu bersih atau kosong, letakkan ingatan kepada Allah di dalam pikiranmu itu, atau ingatlah Allah segera di dalam fikiranmu, dan FOKUSKAN atau TUMPUKAN mata hatimu kepada INGATAN kepada ALLAH itu.
4. Tetaplah fokus selama kamu mampu. Jika kamu bisa terus menerus mempraktekkan ini, maka suatu saat ingatanmu kepada Allah akan terpatri / terkonci / berurat akar di dalam fikiranmu.
5. Begitu mata hatimu bisa fokus pada ingatan kepada Allah di dalam fikiranmu, bukalah pelan-pelan mata fisikmu, pada saat yang sama pertahankan mata mental atau mata hatimu fokus pada ingatan kepada Allah dalam fikiranmu tadi. Sekarang mata mentalmu tidak akan terganggu dengan apapun juga yang kamu lihat dengan mata fisikmu. Latihlah seperti ini secara ISTIQAMAH hingga kamu berhasil atau mahir.
Begitu kamu bisa mempertahankannya, mata mental atau mata hatimu akan fokus pada ingatan kepada Allah di dalam fikiranmu, meskipun saat itu mata fisikmu sedang terbuka. Sebagai latihan alternatif, kamu juga bisa memraktekkannya dalam keadaan mata fisikmu tertutup. Lakukalah masing-masingnya sekitar sepuluh menit.
Jika kamu melakukan praktek ini terus menerus, pada akhirnya mata mental / mata hatimu akan dapat fokus pada ingatan kepada Allah baik dengan mata fisik terbuka ataupun dengan mata fisik tertutup, setiap saat.
Mempertahankan ingatan kepada Allah di dalam fikiranmu, seperti kamu menyalakan lilin. Pastikan lilin itu menyala setiap saat, pastikan mata hatimu bisa tertumpu pada ingatanmu kepada Allah di dalam pikiranmu setiap saat, karena begitu padam, maka setan akan bermain di dalam fikiranmu.
Sekarang, dengan mata mental/ mata hatimu akan bisa pula menyaksikan “Dzat yang sedikit” meliputi segalanya, dan pada saat yang sama kamu juga akan mampu untuk fokus secara mental (dengan mata hati) pada ingatan kepada Allah di dalam fikiranmu / mindamu.
Inilah keadaan “IHSAN”, yang Nabi Muhammad SAW telah sabdakan:
Beribadahlah seperti melihat Allah, jika tidak mampu yakinkan bahwa Allah melihat kamu.
(Ustadz Hussien B. A Latiff, melalui terjemahan Rio Benny Arya)
—- &&& —-
DI DALAM SHALAT dan juga ketika kamu BERDO’A…
Lakukanlah SIKAP IHSAN seperti diatas, lalu kamu bacalah BACAAN SHALAT atau DO’A-DO’A secara NORMAL sesuai dengan ILMU FIKIH. Di dalam shalat mana yang harus kamu JAHAR-KAN ucapkanlah dengan JAHAR. Mana yang harus kamu SIRRI-kan, bacalah dengan BERBISIK dan JELAS. JANGAN hanya kamu baca DI DALAM PIKIRAN atau HATIMU…!!!.
Di dalam berdo’a, lakukanlah dengan berbisik kepada Allah yang sedang kamu ingat, Allah yang sedang kamu jumpai. Tidak perlu kamu berdo’a dengan suara keras dan berteriak-teriak.
Wassalam
Proses mengingat Allah
adalah arah gerak perubahan..
di alam tidak ada yg tetap
Dan yg tetap adalah perubahan itu
Namun setiap benda secara alami adalah lembam atau mempertahankan posisinya
Demikian pula kesadaran
Kesadarah mengingat Allah adalah
ARAH PERUBAHAN
adalah gerak jiwa
Perubahan ke arah yg lebih baik
Arah kesadaran menuju Allah
Arah kesadaran mendekat..
Yaitu kehendak untuk mendekat kpd Allah..
Pada saat jiwa bergerak
Maka terasa perubahan posisi
Perubahan suasana hati..
Hati bergerak dari satu posisi
Ke posisi lebih dekat kepada Allah..
Setiap gerak jiwa ke posisi yg lebih baik
Akan menimbulkan rasa nikmat..
Semakin bergerak..semakin dekat
Nikmat dan bertambah nikmat..
Semakin sulit dijelaskan..
Maka proses Mengingat Allah
Atau proses mendekat kepada Allah
Selalu berbanding lurus
Dengan rasa jiwa yg dilimpahi rasa nikmat yg luar biasa
Yang biasa kita sebut dg rahmah..
Itulah posisi jiwa dalam rahmah Allah..
Ketika berada di posisi rahmah
Maka seperti berada di dalam Rahim..
Posisi fitrah..
Seperti komputer yg melakukan shut down..
Kembali di instal operating system dari manufacture dari pabrik.
Secara mudahnya maka sholat
Yaitu sebagai alat atau media dzikrullah
Secara sederhana akan terus mengalami perubahan..
Yaitu arah perubahan sholat yg lebih baik
Dan lebih baik dan terus semakin baik sholatnya
Dan posisi jiwa saat sholat
Akan berubah terus secara menetap
Nikmat dan bertambah nikmat
Terus begitu
Sesuai janji Allah
Yaitu seperti yg diberitakan dalam Al Fatehah
Yaitu jalan orang yg telah diberiNya nikmat..
terimakasih pak Deka, Mas Kidung, yang telah mencerahkan saya, saya terharu dan gemetar tanpa komentar, barakallaahu lakum warahmah.
Salam kenal saudara Ahmad..
Namamu yg indah kubaca kelembutan hati
Dalam butir kalimat yg singkat
Dalam kesadaran diri (simbol Mim)
Dalam namamu AHMAD
Ketika mampu fana.. ketika M (Mim)
Telah fana maka akan kau temui sang AHAD.
Dialah yg Esa..
Betapa dekat namanu
Dengan sang Pemilik alam semesta..
Telah kutemui salah seorang
Penerima pesan itu
Dan semoga itu dirimu
Bila Allah menghendaki..
Insya Allah
Kelembutan kalimatmu
Akan mengenali jati dirimu
Yang disimbolkan dengan M (Mim).
Sehingga mampu mengenali AHAD.
Sang Amanu yang Aminullah. Orang Iman. Yg mengimani Allah. Yang kembali kepada Allah.
Dengan kerendahan hati saya kirimkan Al Fatehah
Dengan ketidaktahuan juga saya kirimkan Al Fatehah..
Dengan ketidaksempurnaan sayapun mengirimkan Al Fatehah..
Semoga daya Allah membimbing
Simbol Ahmad memasuki Ahad..
Dalam Al Fatehah
Langkah demi langkah
Step by step memfanakan Mim
Yaitu di akhir setiap ayat dari tujuh ayat yg diulang ini..
Yaitu merubah Mim menjadi Nun..
Diulang-ulang Mim Nun…Mim.. Nun
Sehingga mencapai AMIN. Alif Mim Nun.
Dari Nun mencapai H..
Dalam hijrah ke Madinah. MDNH.
Proses M membawa jiwa (D).. menuju H.
Maka M akan fana dan hanya H..
AHMAD yg telah mampu menghilangkan M.
Semoga simbol dan Al Fatehah ini membawa kebaikan
Bersama doa dan salam kasih sayang
Salam sejahtera… salam kenal untuk Saudara Ahmad
Kidung Alam
Proses mengingat.. arah gerak kesadaran.. arah perubahan Mim.. sedangkan setiap posisi jiwa ketika M (Mim) bergerak adalah Nun. Arah gerak dan posisi. Dalam kesadaran menuju Allah adalah Alif Mim Nun. Ini ujung doa kita. Ujung harapan posisi jiwa.
Nun adalah posisi jiwa yg dijelaskan dalam Al Quran. Berbagai macam keadaan jiwa. Wajah jiwa. Sifat jiwa. Yg ketika menetap disebut karakter jiwa atau akhlak.
Langkah demi langkah penyempurnaan jiwa adalah disederhanakan dalam tujuh ayat Al Fatehah.Bagaimana arah kesadaran Mim diarahkan. Bagaimana posisi jiwa Nun ketika berada di titik itu. Arah kesadaran pertama adalah menjadi wakil hamba budak pesuruh dwngan namaNya yg Rohman dan Rahiem. Dalam Bismillahirohmanirohiem. Inilah arah kesadaran yg pertama. Menuju yg Rahman dan Rahim. Posisi atau bukti atau keadaan ketika berada di kelas ini. Maka adalah Rasa syukur. Alhamdulillahi robil alamin. Posisi jiwa Nun yg mengerti suasana syukur yg sebenarkan.
Dan terus berulang. Arah yg kedua kembali mengarahkan Dzat yang Rahman dan Rahiem yg telah dikenali dg rasa syukur yg sebenarnya.
Maka di posisi jiwa selanjutnya. Kesadaran akan terbalik. Kesadaran Mim akan berada di akherat. Inilah pembalikan kesadaran. Yg meyakini akherat adalah yg nyata dan dunia adalah yg fana. Dalam bahasa mas Deka disebut dg kacamata makrifatullah. Inilah posisi jiwa atau posisi Nun. Dalam Maliki yaumiddin.
Posisi kesadaran Mim ada di akherat atau pembalikan kesadaran atau kacamata makrifatullah. Ketika berada di alam akherat barulah kita arahkan kesadaran akherat ini bisa benar-benar menyembah dan meminta pertolongan. Inilah posisi IHSAN. Dan seterusnya.. memohon petunjuk jalan lurus… dan seterusnya arah kesadaran Mim yg mengingat Allah. Dan posisi jiwa Nun (sifat-sifat jiwa yg disebutkan dlm Al Quran).
Semoga sedikit ulasan untuk saudara Ahmad.. sekedar menyampaikan pesan semata..
Semoga ada Hikmah
Bila Allah menghendaki.
Insya Allah.
Manusia adalah medan energy..
Teknology modern bisa mengukur besar energy.. raga yg berasal dari tanah..atau materi “dihidupkan” oleh air..
Air ini dihidupkan oleh udara atau hawa oleh siklus Oksigen yg berputar dalam nafas kita.. siklus Oksigen dalam tubuh ini dihidupkan oleh Hidrogen dan energy.. sebuah siklus energy yg sangat hebat bahkan ledakan atom Hidrogen dalam satu raga mungkin bisa menghancurkan dunia bila mungkin membuatnya. Medan energy inilah yg menghidupkan raga kita. Arus energy persatuan waktu yg dihasilkan tubuh yg disebut daya dalam tubuh. Daya inilah yg menghidupkan tubuh. Daya ini tergantung arah kesadaran.. tergantung diri.. tergantung arus induksi .. tergantung sumber daya yg menghasilkan daya ini. Bila sumbernya berasal dari medan magnet maka akan menghasilkan arus listrik. Dan sebaliknya arus listrik bisa menghasillan medan magnet ketubuhan. Daya inilah yg dikuasai aku atau diri. Maka sangat menentukan sekali arah kesadaran (mind) yg menimbulkan arus listrik tubuh ini. Sehingga dalam Islam seolah wajib hukumnya menghadapkan diri ke sang Maha daya dalam arah kesadaran mengingat Allah. Dalam Bismillahirohmanirohiem.
inilah energy yg diharapkan menghidupkan system ketubuhan. Energy yg menghidupkan. Energy murni. Energy ilahi. Energy yg muncul dan ada selama kita bayi. Bekerja secara otomatis.
Ketika kesadaran telah diarahkan kepada Sumber Daya. Maka dengan seketika seluruh sel dalam arus listrik sejati. Dan semua instrument ketubuhan seperti shutdown untuk diakses sumber energy baru. Dihidupkan dan dicharge ulang.
Jiwa sejatinya memiliki kemampuan ‘merasa’, yaitu sebuah kesadaran dalam merasakan, dimanapun ruang yang dia tempati dan di liputinya.
Begitu luar biasa Jiwa manusia. Dia bahkan mampu meluas seluas alam semesta ini. Merasakan kondisi alam semesta ada dalam dirinya
Kita mengetahui di dalam raga terdapat Entitas; yang hidup; yang merasa; yang sadar; yang mengetahui; yang cerdas; yang mengerti; yang membedakan salah dan benar ; yang takut pada Tuhan-nya; yang tenang; yang lurus; dan sebagainya. Itulah wajah-wajah sang Jiwa.
Jika tubuh dan jiwa tidak di aliri oleh ‘daya hidup’ maka sedikit demi sedikit akan mati. Sebagaimana tanaman yang tidak dialiri air. Jiwa akan mengalami ‘mati rasa’ ; kesulitan ‘merasakan’;(baca; hatinya akan mati); jiwa sulit untuk merasakan bahagia; merasakan syukur dan sebagainya. Sementara raga akan rusak secara sistematis.
Jika daya yang di hasilkan dari arus induksi selalu di gunakan untuk melakukan usaha; akan membuat jiwa semakin sulit untuk melepaskan diri dari medan magnet materi tersebut. Jika arus induksi meningkat secara kuadratik; terus menumpuk di dalam tubuh manusia; jiwa akan tidak pernah mampu meng-akses kepada sang Maha Hidup; yang merupakan sumber ‘daya’ sejati-nya. Sehingga kemampuan sang jiwa sedikit demi akan sedikit melemah. Jiwa akan menyusut; mengecil; se-kecil-kecilnya. Daya hidup ‘Jiwa’ melemah, dan lama kelamaan akan mati. Inilah yang disebut ‘hatinya membatu’. Hatinya telah mati. Dia tidak merasakan lagi daya hidup dalam dirinya. Kehilangan empati.
Medan gaya materi menyebabkan kesakitan, keresahan, dan lain sebagainya. Sebab Jiwa jauh dari sumber energy sesungguhnya, jiwa tidak mendapatkan daya dari nur Illahi.
Jiwa yang dapat melepaskan dirinya dari medan gaya yang membelenggunya akan mendapatkan ketenangan luar biasa, karena dia telah mendapatkan akses kepada tempat asalnya. Untuk meniadakan gaya tersebut. Agama-agama tertua di dunia memiliki methode, yang hampir mendekati persamaan. Menghadapkan jiwanya kepada sesuatu Dzat yang tidak memiliki energy, tidak memiliki medan listrik, tidak memiliki muatan, atau apapun yang bisa disebut oleh manusia. Adalah Dzat yang Maha Suci, Maha besar, dan lain sebagainya. Dzat itu di kenal dengan banyak sekali sebutan, oleh manusia. Dalam teology Islam Dzat tersebut menamakan dirinya Allah.
Manusia sejatinya adalah ‘benda yang bermuatan listrik’, di dalamnya terdapat daya hidup yang merasakan daya-daya apa yang bekerja pada system ketubuhannya. Daya hidup tersebut sering di sebut sebagai Ruh/Jiwa. Ketika daya hidup tersebut mengaliri diri manusia tersebut, ketika pada system ketubuhan manusia hanya bermuatan daya materi maka Jiwa ‘daya hidup’ tersebut, kehilangan ‘energy’-nya, yang lama kelamaaan akan mati. Tidak mampu merasakan apa-apa, hatinya telah mati, telah membatu.
Dzikrullah adalah menumbulkan kembali energy hidup yg asli.
Energy hidup inilah “apiTuhan”.
Sebagaimana pohon melakukan proses fotosintesa. Proses pengapian.
Maka proses mengingat Allah. Pada hakekatnya adalah membangkitkan kembali energy murni. Daya hidup asli. System ketubuhan yg fitrah. Sistem ilahiah.
Inilah cahaya Allah atau lebih tepatnya. Sinar Allah yg menyinari hati. Karena cahaya tidak membawa energy sedangkan sinar membawa energy semisal sinar matahari.
Lalu kembali ke diri kita.
Apakah kita ingin menggunakan sumber energy semisal energy buatan yg mudah habis dan mati. Ataukah memilih sumber energy murni yg selalu terbarukan. Proses yg mudah yaitu hanya dengan mengingat Allah. Energy listrik hidup ini tentu sangat pas dan sesuai dg system ketubuhan. Dan jiwa akan merasa puas. Cocok. Lega. Nyaman. Dialiri sumber listrik murni.
Semoga tambahan kaitan sains dan spiritual ini menambah keyakinan bagi yg sudah meyakininya.
Salam sejahtera.
Subhanallah, mas Kidung, saya gemetar membaca pesan mas Kidung, dan saya tidak dapat berkutik untuk komentar, jazakallahu khairan jaza
Maha suci Allah…
Dialah yg mulia.. Dialah yg suci.
PadaNYA lah tergenggam segala daya dan kekuatan.
Dialah The Extreme Power. The Absolute Power. The ultimate Power.
Sang Maha Daya. Sang Maha sakti. Sang Maha Kuasa.
Dialah penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi. Dialah pemilik segenap diri.
Dalam kekuatan yg dialirkan olehNya.
Maka diri saya digerakkan.
Baik saya sukarela maupun terpaksa.
Saya sampaikan kepada hamba pilihanNya.
Tiada daya sedikitpun saya menolak. Bila Dia berkehendak. Dan sayapun hanya menggelepar tersiksa saat sy mencoba menolak ketetapan yg mendahului. Suatu hal yg tdk mungkin.
Maka hanya posisi jiwa saya saja yg bisa memilih bebas.
Menerima suka rela atau terpaksa.
Ketika daya Allah memanggil
Dan mungkin adalah saudara Ahmad yg terpilih
Allah tengah memilih untuk datang
Baik sukarela maupun terpaksa
Dan ketetapan itu sudah mendahului
Ibarat telah disiapkan tali yg diikatkan di leher.
Di ujung lain disiapkan kuda..
Terserah pilihan saudara Ahmad..
Apakah akan sukarela naik kuda takdir
Yg sudah disiapkan Allah.
Bila mau naik dengan sukarela
Maka takdir itu akan membawa kemana saja
Yang Allah kehendaki..
Maka hanya perlu duduk santai di atas kuda takdir
Menikmati journey spiritual
Sepanjang perjalanan kemana kuda itu membawa untuk meningkatkan kesadaran..
..
Namun bila menolak dan diam..
Maka kuda itu akan tetap berlari
Dan tali yang mengikat leher
Akan menyeret tubuh di atas batu dan cadas tajam..
Atau kalau masih mencoba lari
Berapa lama mampu bertahan
Berlari diseret kuda yg perkasa..
Datang dan naiki kuda takdir
Yg dusiapkan Tuhanmu..
Duduk dan tenanglah bersama kuda takdir
Mungkin kuda itu akan menerbangkan sayapnya
Menuju tempat yg tak terfikirkan
Dan tak terbayangkan..
Mungkin akan kau lihat
Pemandangan terindah yg belum pernah
Terlintas dalam angan dan impian sekalipun
Mungkin akan membawa ke suasana dan rasa
Yg sedemikian indah dan bahagia
Keindahan di atas keindahan
Kebahagiaan di atas kebahagiaan
Saat kesadaran mampu menatap cahaya surga di dunia..
Mata akherat telah terbuka dan mampu melihat suasana surga
Tak lagi menunggu kematian tiba..
Bila Allah menghendaki..
Dan kedamaian tanpa perlu bersusah payah berlari
Tanpa tenaga sendiri..
Karena kuda itulah yg menerbangkan
Dengan kekuatan dari langit..
Sebuah pesan yg sangat biasa…
Sangat sederhana..
Namun memiliki kekuatan dan energy yg sangat dahsyat..
Memiliki daya yg jauh menembus dada
Menyusup ke sel dan seluruh instrument tubuh
Bagi yg terpilih..
Bagi yg menerima pesan..
Bagi yg Allah kehendaki..
Semoga saudara Ahmad adalah yg demikian
Tak ada yg kebetulan
Mengapa semua ini terjadi
Mengapa saat ini
Mengapa kidung ini harus dinyanyikan
Mengapa pesan ini harus disampaikan…
Dan inilah sebuah pilihan..
Pilihan yg telah tertulis di Lauh Mahfuz..
Allah tentu tahu
Apakah hambaNya Ahmad akan mengambil pilihan ini ataukah menolaknya….
Ketetapan itu sudah selesai di tulis..
..sayangnya kita di alam dunia..
Kita tidak tahu pilihan dan yg tertulis di Lauh Mahfuz..
Maka di alam dunia itu yang ada adalah
Energy Potensial..
Potensi Ahmad akan memilih atau menolak..
Dan saya berdoa dengan sungguh hati
Semoga Allah meluaskan hati saudaraku ini
Untuk menerima cahayaNya..
Dan mungkin juga pembaca yg lain
Yg bersedia meneruskan Pesan-PesanNya..
Mengendarai Kuda takdirNya
Dengan sukarela..
Setiap diri kita adalah sangat penting.. sedemikian penting bagi “rantai” takdir yg tersambung pd diri kita.. bisa jadi anak..istri..keluarga..lingkungan atau bangsa
Untuk meneruskan kesadaran Mengingat Allah..
Membangkitkan kesadaran ingat Allah..
Sebuah pesan universal sepanjang masa..
Salam sejahtera untuk saudaraku
Saudara dalam Islam
dan semoga pula
Dalam Iman dan Ihsan
Insya Allah
Bila Allah menghendaki
Diriku memasukinya pula atas kemurahan dan kasih sayangNya…
Dengan permohonan maaf yg dalam
Bila tidak berkenan..
Semoga Allah mengampuni
Kelancanganku
Ijinkan untuk menuliskan dan menambahkan kajian ini..
Melanjutkan kajian tentang AHMAD..
Sebagian dari tulisan ini adalah tulisan
Yg saya copy dari rekan dan sahabat seperjalanan..
Sebelum memulai dengan sebuah permisalan..
maaf sebuah contoh yg extrem
misalnya saudara Ahmad memiliki 6 orang saudara kembar yg terpencar
Seorang misalnya dipelihara waliyullah hamba Allah yg sholeh.. seorang dipelihara dari bayi oleh seorang Atheis.. dan seorang lagi dipelihara dari bayi oleh srigala.. seorang lagi oleh gorilla..dan seorang lagi dipelihara sudah pedalaman..yg terakhir dididik seorang saintis nobel Fisika.
Seandainya suatu saat ketika dewasa mereka dipertemukan. Apakah yg terjadi?. Dan apakah yg membedakan?.
Nah yang berbeda adalah level kesadaran jiwa. Yg saya simbolkan dengan Dal=D.
Tingkat kesadaran. Tingkat kecerdasan. Tingkat pemahaman. Tingkat ilmu. Inilah posisi jiwa. Bayangkan yg diasuh srigala maka dia akan memiliki kesadaran srigala tulen. Bertingkah laku berkarakter srigala. Murni. Demikian pula dengan yg dipelihara gorilla. Menjadi gorilla tulen. Yg dipelihara suku terasing akan spt itu. Yg dipelihara waliyulah adalah menjadi demikian. Juga yg dipelihara saintis.
Namun jati diri ke enam orang ini sama. Sama saudara. Namun level kesadaran ini yg berbeda. Inilah Mim. Level Mim. Dari makhluk.
manusia hanya selevel srigala bila dipelihara dari bayi oleh srigala. Bisa pula berubah menjadi manusia primitiv tapi bisa juga berubah menjadi manusia modern.. atau bisa berubah menjadi manusia berakhlak mulia.
manusia adalah makhluk ruhani..
dia berubah atau terdidik
Menjadi apa saja..
manusia adalah makhluk ruhani yg cerdas
Dan luar biasa yg berada di raga dunia yg lemah dan perlu disempurnakan
…
Allah menciptakan dari perpaduan materi-materi tanahdan ruh sehingga terciptalah makhluk ruhani yang disebut manusia yang didalamnya juga memuat ‘kecerdasan’.
Wadah yang sudah tercipta ini kemudian akan ditiupkanlah ‘kesadaran’ (Ruh-KU). Maka terciptalah manusia pada dimensi ke 4 (alam akherat). Saripati tanah yang kemudian juga ditiupkan ‘kesadaran’ ini masih berada pada dimensi ‘ruhani’ sebagaimana makhluk jin, dan malaikat lainnya. Keadaannya masih berupa cahaya. Penciptaan makhluk yang satu inilah yang menggegerkan alam semsta. Diciptakan dari cahaya yang terujung di alam materi, dan ditiupkan juga ‘cahaya awal’ didalamnya. Perpaduan yang awal dan yang akhir ada dalam diri manusia. Menjadi manusia ini memiliki ‘kesadaran’ yang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Inilah yang membedakan dengan makhluk lain yang akan dibatasi ruang dan waktu.
Perhatikanlah, setelah saripati tanah terbentuk menjadi makhluk ruhani yang disebut manusia, kemudian ditiupkan ruh-NYa (kesadaran-Nya). Setelahnya maka manusia akan mampu hidup dibumi dan manusia juga akan mampu hidup diakherat. Perpaduan inilah yang menjadikan manusia itu sempurna. Kesempurnaan manusia ini akan menjadikan manusia setelahnya akan menjadi pemimpin atas alam semesta. Dia akan ditingkatkan derajatnya untuk memimpin dimensi-dimensi lainnya. Maka sayangnya kesempurnaan ini harus diuji, sebagaimana pengujian kualitas produk. Oleh karena itu kemudian manusia diturunkan di bumi untuk menempati raga-raga yang sudah dipersiapkan oleh bumi dan langit. Perhatikanlah berita Al qur an ;
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. 95:4)
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),” (QS. 95:5)
Manusia sebagai makhluk ruhani sudah dibuat dalam bentuk sebaik-baiknya, kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk manapun (QS. 95;4). Diciptakan dari cahaya yang akhir (teluar) dan ditiupkan juga cahaya yang awal. Kemudian masih ditambahkan lagi ditiupkan Ruh-Nya. Dengan ditiupkannya ruh-Nya (kesadaran-Nya) maka manusia memiliki kemampuan untuk meluaskan kesadarannya seluas-luasnya. Sehingga manusia memiliki kemampuan kesadaran akhwrat dan lain sebagainya. Manusia memiliki kemampuan menciptakan sebagaimana apa yang diinginkannya. Manusia mampu menciptakan apa yang menjadi prasangka dirinya. Demikianlah sehingga manusia dianggap menjadi refleksi Tuhan sendiri.
Perhatikanlah rangkaian makna AHMAD,yang terdiri dari simbol huruf ; Alif, Haa, Mim, dan Dal. Simbol Alif adalah mengungkapkan jatidiri ‘Sinar/Cahaya Awal’, sinar/cahaya ini meliputi ‘Kesadaran Alam Semesta’ yang disimbolkan dengan Haa. Haa akan senantiasa meliputi unsur-unsur alam semesta termasuk juga unsur pembentukan tubuh manusia. Dapatlah dikatakan bahwa yang menghidupkan raga manusia adalah sistem alam semesta itu sendiri, dibawah liputan Haa. Sistem kehidupan raga manusia ditopang oleh sistem yang berlaku pada alam semesta (Makrokosmos). Sekali lagi ingin disampaikan pemahaman bahwa ; Urusan penjagaan system ketubuhan manusia berada dalam urusan Haa.
Maka Ilmu pengetehuan menemukan tanda-tanda bahwa sebelum diturunkan ‘manusia’ dimuka bumi ini sudah ada raga-raga yang menyerupai bentuk tubuh manusia sekarang ini. Sebab sejak dari mula penciptaaan bumi dan langit, hakekatnya Haa sudah memproduksi raga-raga manusia sebagai wadahnya. Tentu saja keadaan wadah (raga) belumlah ditiupkan ‘Kesadaran Diri Manusia’, sebagaimana dimaksudkan oleh kitab suci. Setelah sempurna liputan Haa pada raga manusia, maka Cahaya Awal ini akan membawa ‘Kesadaran Diri Manusia’ yang disimbolkan dengan Mim. Dan Cahaya Awal (Sinar Awal/Alif) ini terus akan bergerak, melewati lubang-lubang yang tak tembus, sehigga sampai kepada ‘Cahaya Akhir’ yang berupa materi. Cahaya Akhir inilah yang menciptakan dirinya menjadi ‘materi’. Materi yang tercipta oleh ‘Cahaya Akhir’ ini disimbolkan dengan Dal. Dal inilah yang menjaga urusan Tuhan, menjadi energy pengikat sehingga keadaan alam semesta ini sebagaimana keadaannya. Dal adalah simbol energi pengikat yang mengikat materi terluar sehingga alam semesta tidak lepas. Dal adalah sistem langit yang didirikan tanpa tiang. Dal inilah sesuatu yg hidup. Yg meliputi materi. Rangkaian simbol AHMAD inilah yang dimaksudkan sebagai ‘Manusia’ dalam kitab-kitab suci.
Di dalam tubuh ruhani manusia ada 3 entitas utama, Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan energy (spirit). Entitas kesadaran adalah entitas yang akan mempertahankan ruang, dia dalam bentuk energi ikat , energi sentrifugal. Energi yang menjaga ‘jatidiri’ suatu benda, dzat, atau makhluk tetap dalam keadaan sebagaimana dirinya. Kesadaran adalah ruang itu sendiri yang tercipta dari titik satu ke titik lainnya. Kesadaran juga mempertahankan keadaan tersebut. Susunan galaksi, tatasurya, dan susunan atom suatu dzat, tetap dalam keadaannya sebab dikarena adanya energi kesadaran yang meliputinya. Kesadaran adalah energi, yang menciptakan ruang dan waktu itu sendiri.
Selama menjalankan misi Tuhan di muka bumi makhluk ruhani manusia harus mampu mempertahankan kesadaran yang sudah diberikan Tuhannya, yaitu kesempurnaan sinar/cahaya awal. Namun sinar/cahaya awal akan berbenturan dengan cahaya terluar yang juga memiliki ‘jatidiri’ inilah problematikanya. Kesadaran sebagai sinar/cahaya awal harus tetap dipertahankan agar dia tetap menjadi makhluk akherat (ruhani). Kemampuan mempertahakankan kesadaran inilah bagi Allah yang paling penting. Makhluk ruhani tersebut harus tetap mampu menyadari siapakah dirinya dan siapakah yang menciptakannya. Karenanya sebelum memasuki portal dunia, mereka dipastikan kembali penyaksiannya itu. Makhluk ruhani (manusia) diminta berjanji terlebih dahulu. “….“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”.(QS. Al A’raaf, 7 : 172).
Makhluk ruhani (manusia) berada dalam tubuh yang terbuat dari tanah, yang sudah membawa potensi-potensi dualitas, bagaimanakah keadaan dirinya ?. Yah, keadannyanya, mereka semua tertutup oleh hijab-hijab, yang berupa energi-energi kesadaran, energi yang melindungi lapisan-lapisan kesadaran. Lapisan dalam tubuh manusia banyak sekali jumlahnya, seperti lapisan kulit bawang. Maka jika terkelupas satu kulit, kita akan menemui kulit lainnnya, dan seterusnya, hingga sampailah kita di sebuah wadah atau cupu atau Kristal merah, yaitu hati manusia. Makhluk ruhani adalah energi, dia diciptakan dari kasih sayang Allah, maka dia hanya akan bisa hidup dari energi ini. Maka mau tidak mau makhluk ruhani harus mampu mengakses energi ini. Sayangnya entitas spirit yang menunjukan arah (kompas) sering tidak berfungsi. Arah energi yang dibutuhkan bukanlah kepada energi kasih sayang Allah yang terpusat di arashi. Namun malah justriu energi-energi alam lainnya yang masih mengandung dualitas. Maka sering makhluk ruhani ini lemah, dan terus melemah.
Perlu dipahami, meskipun diciptakan dari saripati tanah, namun saripati ini tetap berwujud cahaya, walau dia adalah cahaya terluar. Maka makhluk ruhani (manusia) ini adalah juga cahaya, karenanya dia tinggal di surga. Apalagi setelah ditiupkan Ruh-Ku maka kepasitas kesadarannya semakin luar biasa sekali, tak ada satupun makhluk yang sanggup melebih kapasitas kesadarannya. Karenanya sesungguhnya kepada dirinya tidak berlaku ruang dan waktu bumi. Kepada makhluk ruhani (manusia) ini berlaku ruang dan waktu akherat. Artinya kematiannya berdasarkan ruang dan waktu akherat. Jika umurnya adalah 100 hari waktu akherat maka, dia berada dibumi akan bisa 5 juta tahun waktu dan ruang waktu bumi. Ingat waktu di akherat dengan waktu bumi perbandingannya adalah 1 : 50.000.
Namun persoalannya , makhluk ruhani (manusia) diturunkan kepada tempat serendah-rendahnya, yaitu raga manusia sekarang ini. Jelas keadaan ini akan menjadi siksaan yang terus menerus. Makhluk ruhani (manusia) ini akan terus mengalami tubulensi saat dibenturkan dengan dualitas kutub-kutub di alam materi. Ini adalah siksaan, yang sama halnya dengan kematian. Maka dari itu, mereka berupaya semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan misinya di bumi secepatnya. Dengan energy kasih sayang-Nya, dia akan kembali ke surga. Dia harus mampu lepas landas, melampaui energi ikat kesadaran materi, dan juga kesadaran-kesadaran rendah lainnya. Maka disinilah pentingnya kita memahami simbol AHMAD. Simbol ini telah mengungkap hakekat siapa ‘jatidiri’ manusia itu
Demikian kajian AHMAD..
Perubahan langkah demi langkah
Merubah ADAM-AHMAD-AHAD..
Meningkatkan level kesadaran..
Agar ADAM mampu menjadi makhluk akherat yaitu AHMAD dan mampu mencapai makhluk ruhani AHAD.. oneness.
Semoga kajian simbol bisa memudahkan..
Bukan menginterpretasikan atau menterjemahkan..
…
Apa yg coba sy jabarkan hanya
Sekedar memudahkan… memudahkan
Memahami saja.. sebagai alat bantu semata..
Semoga simbol AHMAD ini memiliki
Makna yg dalam yg penuh arti.
Segala puji bagi Allah..
Tulisan di bagian ini ditujukan sepenuhnya
100% untuk mendukung tulisan mas Deka
Tentang Dzikrullah.. mengingat Allah..
Tentu saja dari sisi saya…
Bisa jadi tulisan ini menambah tulisan intapi juga bisa saja mengurangi
Bisa jadi memperjelas tapi bisa jafi hanya membuat remang..
Bisa jadi menambah pengetahuan tapi
Bisa jadi malah menambah keraguan..
Bisa jadi menambah keyakinan
Tapi juga bisa menimbulkan ketidakyakinan..
Apapun itu..
Bagaimanapun itu
..
Sebetulnya tiada kehendak ingin menuliskan ini disini…
Tapi ketetapan mendahului
Seumpama ikatan yg menjerat leher
Semakin ditentang semakin tersiksa..
Hanya dengan sukarela
Mengikuti daya itu saja
..
Panggilan sang mawar
Dalam keyakinan
Walaupun begitu banyak waktu menulis
Namun bila daya itu dilawan
Terasa hawa panas yg menyiksa dada..
Ingin menambahkah dalam proses mengingat Allah
Dalam sebuah kunci yg sering dilupakan
Yaitu ENERGY…
energy yg ditimbulkan.energy yg dibangkitkan yaitu ENERGY KESADARAN..
energy yg meliputi seluruh instrument ketubuhan..
Begitu dahsyatnya Energi Kesadaran.
Dan bagaimana saat kesadaran singgah di jiwa, di raga, dan juga di ruh. Maka akan sama keadaannya. Entitas yang disinggahi sang kesadaran akan merasa bahwa hekaket dirinya adalah seperti entitas yang disinggahinya. Semisal saat air ada di kopi, sirop, teh, dan lainnya. Yang terasa adalah rahsa dari entitas tersebut. Kesadaran seharusnya mampu meliputi keseluruhan entitas ketubuhan manusia. Sehingga keadaan entitas ketubuhan kita akan tersapa, menjadi harmonis. Jika keadaan tersebut tercapai, maka itulah harmonisasi dalam ketubuhan kita. Menjadi manusia seutuhnya, tidak terpisah-pisah lagi di dalam entitas penyusun raga manusia.
Mengapakah keadaan tersebut sulit untuk dicapai ?. Sebab manusia akan selalu terhijab dalam permainan kata, logika, dan angan manusia itu sendiri. Manusia sering tidak sadar jikalau dirinya sadar. Manusia juga sering sadar jika dirinya tidak sadar. Manusia juga sering sadar bahwa dirinya sadar
Maka Islam mengajarkan agar jiwa manusia, menuju kepada makom jiwa tenang, puas lagi ridho. Sebab di dimensi inilah jiwa manusia akan selalu merasa bahagia. Meskipun dualitas datang silih berganti.
Jika di dunia saja mereka sudah mampu berada dalam makom Islam (makom jiwa tenang, puas lagi ridho), maka insyaallah mereka tidak bersusah payah lagi untuk mendapatkan makom tersebut disana. Sebab mereka sudah mampu memindahkan dimensi itu dalam hatinya. Itulah yang menjadi sebab mengapa kualitas hidup manusia berbeda. Keadaan yang kemudian dipahami manusia sebagai surga dan neraka.
Jika kualitas hatinya ikhlas maka dia akan berada di surga, jika sebaliknya maka pastilah dia dalam keresahan yang nyata dan itulah neraka. Oleh karena itu, maka manusia pasti pernah menikmati rasanya neraka dan juga rahsanya surga dalam hati mereka. Mereka tahu keadaan dimensi hati mereka sendiri. Pasti mereka tahu sendiri.
Sayangnya manusia sering terhijab logika dan pandangan mata, menganggap orang lain lebih baik dari dirinya, sehingga merasa Tuhan tidak adil atasnya. Inilah muasal benih api neraka. Maka perhatikanlah hati kita, sesungguhnya kita sendiri tahu ada pada dimensi manakah itu !. Apakah surga ataukah neraka.
Dan keadaan susana hati, inilah yang akan menjadi sebab mengapa diri kita disana. Yaitu bagaimana keadaan susana hati kita saat dipanggil-Nya. Apakah saat itu sedang di dimensi surga ataukah pada dimensi neraka. Jadi keadaan suasana inilah yang menyebabkan kita akan ditempatkan dimana, apakah surga atukah neraka. Ternyata surga dan neraka kita yang memilihnya sendiri.
Sekali lagi, saat terkini suasana hati kita pada saat mana kita dipanggil-Nya, itulah yang menentukan diri kita di surga ataukah di neraka. Maka berhati-hatilah dengan lintasan hati kita sendiri. Bukankah kalau begitu kita sendiri yang menentukan surga ataukah neraka ?. Dan Tuhan hanya pengabul doa kita. Tuhan akan mewujudkan apa-apa yang ada di lintasan hati kita. Sebab DIA Maha Pengabul doa. Maka perhatikanlah hati kita sebab itu adalah doa kita. Perhatikanlah pergilirannya di setiap detiknya. Sebab karena itulah, mengapa kita perlu selalu ingat Allah. Hati kita selalu ber dzikir.
Inilah sebuah Revolusi Kesadaran yang luar biasa.Rahasia kekuatan Hati manusia. Ketika hati manusia selalu ber dzikir maka secara perlahan kita sedang melakukan perubahan Kesadaran guna menyusun kekuatan hati sebagai pondasi pergerakannya. Bukankah sudah selayaknya begitu ?. Jika kita ingin merubah nasib kita maka lakukanlah pembalikan Kesadaran. Rubahlah koordinat rahsa di hati kita. Itulah Rahasia Kekuatan Hati. Dengan arah Kesadaran maka keadaan seakan neraka dunia dengan sekejap menjadi surga dunia. Cobalah jika tidak percaya, sebab itu adalah hukum kepastian alam semesta.
Masalah terbesar kita adalah tidak mampu atau tidak bisa “berkomunikasi” dg Allah. Krn Allah “bicara” dari balik layar. Dari screen. Bila kita ada di dalam layar komputer. Maka yg sebenarnya bicara dg kita adalah yg ada di dalam komputer. Karena kita tidak akan mampu mengerti bahasa langsung dari Allah. Kita hanya mampu mengerti bahasa yg ada di dalam komputer. Komputer alam inilah yg berbicara dalam program. Rencana. Ketentuan. Ketetapan (R). Kesadaran yg ada di komputer alam (RH) inilah yg bicara dg RH (ruh) dalam diri. Micro dan makro. Alam kecil dan alam semesta.
Kesadaran alam mikro. Ketika bicara dg alam makro. Sederhananya dimisalkan kesadaran anak balita ketika bicara dg orang tuanya. Yg akhli Ilmu alam misalnya. Bandingkan kepandaian balita dg saintis yaitu orang tuanya. Anak itu hanya berkata orang tuanya sangat pandai. Tapi tdk tahu sampai dimana kepandaian orang tuanya itu. Mk untuk belajar kepandaian orang tuanya memerlukan proses dan waktu. Demikian permisalan sederhana.
Ya sayangnya ketika berfikir tentang Allah. Fikiran kita lbh banyak kosong. Kita sering tdk mampu merasa kalau Allah itu hidup. Allah itu merasa. Allah itu mendengar. Allah itu melihat. Allah itu berfikir. Allah itu berkehendak. Allah itu memiliki sifat. Dan dalam gerak. Aktivitas. Fikiran kita selalu dalam angan tentang apa-apa yg kita sendiri menganggap hampa atau mustahil. Tidak mungkin. Atau kita sebut keraguan. Mk ketika berkomunikasi kpd Allah. Biasanya kita hanya “bicara sendiri”. Dan tak pernah menangkap apa yg dijawab oleh Allah.
Mengingat Allah…
Kalimat sederhana dan teramat sederhana ini menjadi teoriris
Beroilin. Ruwet.. kompleks.. dan sulit difahami..
Begitu carut marut.. dengan dogma.. dengan teori..
Dengan harus begini dan begitu..
…
Suatu hal yg teramat sangat sederhana
Kita mengingat sebagaimana mengingat biasanya
Berfikir sebagaimana biasanya berfikir..
Lalu berproses terus menerus
Tergantung tingkat kesadaran
Atau tergantung ilmu yg dimilikinya
Meningkat dari SD..SMP..SMA..Universitas dan seterusnya..
Tingkat kelas pengajaran Allah..
Maka apapun yg bisa dilakukan untuk mengingat mari kita gunakan..
Kita tidak bisa berenang
Hanya dengan membaca kitab juara olimpiade renang..
Kita harus mencari sungai atau kolam renang dan mencoba berenang..
Kita tidak bisa bersepeda..komputer
Dan lain-lain dg hanya membaca kisah saja..
Belajar.. berusaha..
Kita tidak bisa mendapatkan gigi yg bersih dan sehat
Dengan hanya meyakini sebuah metode gosok gigi terbaik saja..
Maka berusahalah gosok gigi
Belajarlah berenang
Berlatihlah naik sepeda..
Semisal itu berusahalah berfikir tentang Allah.. apa saja
Terserah bagaimana metodenya..
Yg penting tetap tekun memikirkan Allah
Memikirkan alam dan ciptaanNya yg lain
Biar Allah yg menunjukkan jalan-jalannya…
Tentu saja bila ingin mengikuti salah satu jalan atau metode yg ditunjukkan
Akan lebih baik karena lebih mudah dan lebih cepat..
Seperti berlatih silat..
Dengan bertemu guru silat tentu saja akan lebih cepat..
Karena tanpa guru memang jauh lebih besar kemungkinan tersesat..
Mengingat Allah..
Adalah proses sederhana dan biasa
Mari kita mulai dengan yg paling sederhana dan mudah..
Mengenali Dzat yg Hidup..
Dzat yg pandai dan cerdas
Dzat yg penuh gerak dan aktivitas
Selalu menjaga dan mencipta
Dzat yg menyayangi
Dzat yg memiliki sifat…
Sifat-sifat yg disebutkan olehNya..
Dzat yg memiliki sifat demikian ini
Menyebut nama dirinya dg nama yg indah Allah..
Maka ingatlah keindahannya dan keindahan alam ciptaanNya saat mengingat Alam
Maka ingatlah kehebatanNya saat mengingat keluarbiasaan dan kesempurnaan alam ciptaanNya..
Maka ingatlah dan fikirkan apapun tentang alam semesta ini..
Lalu naikkan kesadaran sedikit saja
Bahwa semua itu dalam ketentuan dan aturan serta liputan dan kekuasan Allah..
Maka berfikirlah
Lalu rasakan komunikasi itu
Rasakan saat Allah menjawab
Rasakan saat Allah mengajari
Rasakan saat Allah menyayangi
Rasakan saat Allah mencintai
Rasakan saat Allah menggerakkan
Rasakan saat Allah mengalirkan energy
Rasakan saat Allah meniupkan rasa
Rasakan saat Allah memberi kesadaran
Amati atas semua rasa
Saksikan
Saksikan dalam persaksian
Maha suci Allah
Sesungguhnya semua ini Engkau ciptakan tidak sia-sia..
Dan aku yg pertama-tama berserah diri
Dalam perlindunganMu
Salam sejahtera
tulisan pak deka membawa saya menonton video ini https://www.youtube.com/watch?v=fx5l80K4K-I
@kidung alam, sangat komplit, bahkan bagi saya pribadi lebih kepada keluarbiasaan. saya pribadi mungkin lebih sederhana sekali, lihat, amati lakukan, rasakan dan menyadari sepenuhnya adalah kehendakNya dan perbuatanNya. dan tidak ada yang salah krn memang semua harus terjadi.
Sebuah pembanding, sebuah kisah, sebuah berita, seorang yang berjalan
sebagai pembanding semata
Tuhan yang tak ku tahu
Setiap orang rasanya mengenal Tuhan, cobalah tanyakan, dia pasti mengenal namanya
dengan banyak istilah dan sebutan baginya, dengan banyak atribut dan sifatnya,
namun coba tanyakan apakah ada yang pernah bertemu dengannya?, adakah yang pernah berbicara?
adakah yang pernah berkomunikasi, adakah yang tahu alamatnya?, adakah yang tahu wujud (bentuk)nya?
adakah yang pernah melihatnya?,
adakah yang pernah mendengar suaranya?,
adakah yang benar-benar mengenalnya?.
setiap orang beragama seolah “berebut” menyatakan diri mereka sangat mengenal Tuhan
bahkan mereka semua meng-klaim bahwa Tuhan ada di fihak mereka
bahwa Tuhan merekalah Tuhan yang sebenarnya,
bahwa Tuhan yang seperti mereka gambarkan
adalah Tuhan yang benar, sedang Tuhan menurut gambaran yang lain adalah salah
maka perebutan Tuhan inipun telah menimbulkan dampak yang luar biasa,
perpecahan, pertumpahan darah, peperangan, semua atas nama Tuhan
demi untguk membela Tuhan dalam persangkaan mereka semua
dan inipula termasuk diriku ,
akupun mengenal Tuhan atas cerita, atas apa yang mereka beritakan
berita tentang Tuhan yang bisa kudapatkan dari mana saja, dari buku, dari ceramah, dari keluarga
dari mana saja dan tentu saja akupun yakin atas kebenaran Tuhan menurut persangkaanku
karena memang demikanlah adanya Tuhan dalam akal fikiranku”
Tuhan menurut perkiraanku atas semua pemahaman dan apa yang kutahu
termasuk atas interpretasiku atas kitab-kitab suci yang yang telah Tuhan turunkan
atas kitab suci yang ku yakini, karena demikianlah adanya akal dan fikiranku
karena itulah Tuhan yang kutahu
maka akupun berusaha untuk menuju Tuhan menurut persangkaanku
akupun beribadah menurut keyakinanku, akupun berbuat baik menurut apa yang kutahu
akupun menyembah Tuhanku menurut “katanya”, mengikuti apa yang telah diajarkan
kepadaku melalui nenek moyangku, menurut ustadku, menurut buku, menurut
kitab suci yang kubaca, mengikuti kata mereka semua yang kupercaya
namun akupun tak juga mengenal Tuhanku, akupun tak bisa bicara dengannya
akupun tak mendengar suaranya, akupun tak tahu seperti apa dia,
akupun tak tahu dia dimana, akupun tak tahu sedang apa dia
sampai suatu saat akupun menyerah, pasrah, dan menerima
dalam sebuah kalimat sederhana: Aku menerima Tuhanku
aku menyerah kepada Tuhanku yang tak kutahu,
Tuhanku yang benar-benar tak mampu ku indera
Tuhan yang ada dalam fikiranku, Tuhan yang ada dalam rasaku,
Tuhan yang ada dalam jiwaku
lalu membiarkan Tuhanku mengenalkan diriNya sendiri
menerima “rasa tahu” yang dialirkan olehNya, membiarkan “rasa kenal” yang diberikan olehNya
Dia memberikan keyakinan, Dia memberikan kepercayaan, Dia memberikan pengenalan,
Dia memberikan pengetahuan dan aku hanya diam menerima, hanya menunggu apa yang akan ditunjukkan
apa saja yang akan dialirkan, menjadi sebuah daya yang meliputi tubuh
daya yang dialirkan, ketika ada dalam kesadaran
dan aku hanya perlu: Sadar
Akupun melepaskan fikiranku tentang Tuhan tak lagi berfikir apapun tentang Tuhan,
hanya bersiap belajar (iqro) membaca apa yang ada di depanku, tak memikirkan apa yang akan datang
dan tak memikirkan apa yang telah lalu, sepertinya otakku kosong, hanya ragaku yang bekerja, berbuat, bergerak
panca inderaku yang aktif dan bekerja penuh memberikan informasi ke otak dan membuat akalku berfkir
melihat apa yang terjadi di detik ini, di saat ini saja, melihat alam semesta,
melihat pepohonan, melihat jalan-jalan, melihat langit, melihat awan, melihat gerak
melihat unggas, burung-burung melihat serangga, melihat hewan, melihat gerak mereka
melihat kehidupan, memikirkan semua gerak kehidupan ini
akupun terpesona akan indahnya gerak kehidupan ini
akupun termangu dalam diam merasakan denyut kehidupan yang ada di hadapanku
akupun merasakan gerak hidup ini, yang sama dengan gerak hidup yang ada dalam diriku
maka akupun merasakan denyut kepak burung yang sedang terbang di angkasa
akupun merasakan gerak tumbuhnya tanaman ketika kuku dan rambutku tumbuh
akupun merasakan denyut kehidupan tanaman dan tumbuhan dalam denyutnya nafasku
akupun merasakan kehidupan dalam diriku, akupun measakan keindahan itu
akupun melihat kesempurnaan semua itu, akupun melihat semua detailnya
akupun merasakan ketelitiannya, akupun merasakan kesempurnaan alam ini
akupun measakan kesibukan alam semeta ini, akupun merasakan rencana terjadinya alam ini
akupun merasakan ketundukan dan kepasrahan alam kepada hukum yang meliputinya
sebuah Hukum Alam (baca: Hukum Allah) yang berlaku dan bisa diamati oleh siapa saja
Indah…
Indah.. dan Indah..
Maha suci pemilik semua keindahan ini.
MilikNyalah semua ini, apa yang ada di alam semesta ini
Sedangkan diri ini, tak lebih seumpama butiran debu di alam raya
Dialah Pemilik semua rencana
Dialah Penggenggam segala kekuatan
Dialah “The Absolute Power”
“The Extrem Power”
“The Ultimate Power”
Apa yang Dia inginkan maka tak ada apapun yang mampu menghalangi
Apa yang Dia kehendaki, tak ada sesuatupun yang tak akan terjadi
Sedangkan semua daya adalah milikNya
Sedangkan semua ilmu adalah milikNya
Sedangkan semua kesadaran adalah milikNya
Apalagi yang harus dibanggakan?
Apalagi yang harus dipertentangkan
Apalagi yang harus diperdebatkan
Dialah yang meliputi gaib
Dan Diapula yang meliputi yang nyata
Dia meliputi diri dan kesadaran
Dia meliputi darah dan nafas kita
Dia meliputi sadar dan tidur kita
Dia menguasai kita
Dia memiliki kita
Dia menggerakkan kita kemanapun
Apabila Dia inginkan, tanpa kita mampu melawan dan mencegahnya
Dia bisa membuat kita miskin atau kaya
Dia bisa membuat kita terkenal atau hancur dalam nista
Dia bisa saja membuat kita berkuasa
Siapakah yang mampu mencegah diriNya
Siapakah yang sanggup mengangkat langit?
Siapakah yang sanggup menghamparkan bumi?
Siapakah yang sanggup menggerakkan angin?
Siapakah yang sanggup menahan matahari dan bulan?
Siapakah yang sanggup menghidupkan tanaman
Siapakah yang sanggup menghidupkan binatang
Siapakah yang sanggup menggerakkan siang dan malam
Siapakah yang sanggup membentuk alam semesta
Seperti sekarang ini?
Hanya Dia.
Dia menyebut dirinya Allah.
Dialah yang permulaan dan Dialah yang akhir.
Dialah yang menyatakan keperkasaan diriNya
Dialah yang Agung dan layak mengangungkan dirinya
Dialah yang suci dan Maha suci dan layak sebagai sang Maha suci
Maka dimana diri kita?
Layakkah bersombong?
Apakah yang sebenarnya kita miliki?
Apakah yang kita banggakan?
Layakkah kita berbangga atas diri
Dimanakah kebaikan kita?
Apakah yang sudah kita perbuat
Sudahkah kita mampu bersyukur
Atas penciptaan alam untuk kita?
Sudahkah kita bersyukur
Atas pemberian raga untuk merasakan
Sudahkah kita bersyukur
Atas segala warna dan rasa
Sudahkah kita bersyukur
Atas pemeliharaan Nya dari waktu ke waktu
Gerak nafas, jantung paru, otak dlll
Sudahkah kita bersyukur
Atas limpahan keselamatan dan perlindungan
Sudahkah kita bersyukur?
sekali lagi: Sudahkah kita bersyukur
Atau layakkah kita berbangga
Atas penyembahan yang kita lakukan
Atau layakkah kita merasa benar
Atas kedangkalan fikiran kita
Atau layakkah kita berdebat
Atas sesuatu yang sebenarnya kita tidak tahu?
Atau layakkah kita merasa tinggi?
Sedangkan kita hanyalah berasal dari setetes air mani
Layakkah kita berbangga diri
Ketika semua ‘alat pengeluaran kita” hanyalah “kotoran”
Layakkah kita merasa sadar
Sedangkan kesadaran itu selalu dicabut saat kita tidur
Dimanakah kepandaian kita saat kita tidur
Dimanakah harga diri kita saat kita tidur?
Dimanakah kesucian kita saat kita tidur?
Dimana keakuan kita saat kita tidak sadar
Maka, apakah kita masih merasa hebat
Maka masihkah kita merasa baik
Maka masihkah kita merasa tulus
Maka masihkah kita merasa lebih
Sedangkan semua itu hakekatnya adalah anugerah dan nikmatNya
Ketika energy yang ada di tubuh adalah energyNya
Ketika nafas yang mengalir adalah nafasNya
Ketika gerak jantung dan seluruh organ tubuh adalah dalam perawatanNya
Kita tidak melakukan apapun
Lalu kita menepuk dada
Merasa sudah lebih
Atau merasa sudah berbuat sesuatu untuk Tuhan
Sementara selalu melupakan apa yang sudah Tuhan perbuat untuk diri kita
Masihkah tidak sadar apa saja yang Tuhan lakukan
Masihkah harus bertanya-tanya
Apa saja yang telah Tuhan persiapkan
Masihkah terus menerus berfikir apa saja yang Tuhan rencanakan
Masihkah tidak melihat tumbuhnya kuku
Masihkah tidak memperhatikan tumbuhnya rambut
Siapakah yang menumbuhkan
Apabila Dia kehendaki, maka tidak akan tumbuh
Masihkah tidak diperhatikan, siapakah yang menggerakkan nafas
Kalau Dia kehendaki maka bisa ditahan dan disulitkan
Masihkan tidak terlihat
Semua yang tertera di alam semesta ini
Sinar matahari dan pergerakan awan
Lihat dan lihat sekali lagi
Apakah lebih sulit mengatur alam semesta ini atau mengatur kehidupan manusia
Lihat dan lihat lagi … sekali lagi
Alam semesta dan bersama bintang-bintang
Maka manakah yang lebih sulit mengatur gerak alam dan bintang-bintang ini
Ataukah sulit mengatur nasib manusia
Maka mengapakah manusia tidak mau berfikir
Maka mengapakah kita tidak mau menyadari
Mengapa tidak mau melihat energy yang menggerakkan alam ini
Maka tidakkah melihat “tangan-tangan” gaib yang mengatur dan merencanakan
Sehingga sempurna dan teratur pergerakan alam ini
Lalu seberapa besarkah manusia dibanding alam dan isinya
Maka seberapa besar manusia di alam ini
Maka seberapa besar kekuasaan manusia di alam ini
Maka mengapakah sangat sedikit yang mau sadar
Maka mengapakah tidak mau sujud dalam syukur
Maka mengapakah tidak mau tertunduk menangis dalam penyerahan diri
Maka mengapakah masih ingin meninggikan diri di hadapan Tuhan
Maha suci nama TuhanMu
Maha suci Dia sekalipun seluruh umat manusia mengingkarinya
Maha agung Dia sekalipun seluruh umat manusia menentangnya
Seberapa besar dan banyak penyembahanmu tak akan menambah keagunganNya
Berapa banyakpun ibadahmu tak akan menambah kesucianNya
Semoga salam dan kesejahteraan berlimpah dari Tuhanmu
Selamat sejahtera bersama sinar matahari yang memancar
Bersama datangnya cahaya yang penuh warna warni
Bersama hembusan angin yang datang setiap saat
Bersama pergerakan air dan proses penguaannya
Bersama tumbuhnya benih menjadi pohon dan tanaman
Bersama curah hujan yang memberi kehidupan
Bersama manusia-manusia yang masih mau menyadari kekuasaan Tuhan
Maka hadapkan wajah dengan kesungguhan
Dengan penuh kepatuhan
Dengan penuh ketakwaan
Dia lebih mengerti apa yang ada di dalam dada setiap jiwa manusia
Dia yang lebih tahu desir hati bahkan sebelum tersirat
Dia yang mengetahui apa yang ada di balik dada
Dia yang Maha lembut
Apa yang Dia inginkan pasti akan menjadi kenyataan
Dialah Penguasa mutlak
Yang gaib dan nyata
Dia tahu setiap helai daun yang tumbuh di pohon bahkan yang paling tersembunyi
Dia mengetahui setiap jenis makhluk bahkan di dasar lautan sekalipun
Dia…Dia …Dia
Dialah satu-satunya yang ada di alam ini
Yang lain adalah milikNya
Terserah apapun yang Dia kehendaki.
Maka apapun yang dikehendakiNyalah yang akan terjadi
Walaupun hal itu tidak disukai oleh manusia
Semua ada di “tangan”Nya
Maka selayaknya kita berlindung
Selayaknya kita bermohon
Hanya kepadanya
Memohon kasih sayangNya
Dalam kasih sayang yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Melepaskan diri dari keakuan
Dan memakai sifat kasih sayangNya
Menyapa dan bersilaturahmi serta memberi salam
Semakin dalam rasa tahu tentang Tuhan, semakin merasuk lagi rasa tidak tahuku
semakin dekat mengenal Tuhan, jauh lebih menyusup rasa tidak tahuku
aku tidak tahu apapun tentang Tuhanku
maka akupun hanya mengenal “tanda-tanda kekuasaan” Tuhanku
akupun hanya mengenal “lambang” yang diberikan Tuhanku
akupun hanya mengenal “simbol” dari Tuhanku
akupun hanya mengenal “ilham” yang disusupkan Tuhanku dalam jiwaku
aku mengenal keindahanNya melalui keindahan seluruh alam semesta ini
aku melihat keindahan bunga yang warna-warni, aku melihat langit biru nan indah
terpesona kepada gunung nan biru, terperangah menatap samudra luas
aku melihat panorama yang asri, aku melihat segala apapun yang mampu kulihat
sebagai tanda-tanda kekuasan dan keberadaanNya, kenyataan atas diriNya
keindahanNya, kecantikanNya, keutuhanNya, kesempurnaanNya
aku mampu berfikir atas kesempurnaan alam semesta ini
atas kecermatan hukum-hukum yang ada, atas kecerdasan alam ini
atas kesempurnaan alam berserta apapun yang ada di dalamnya
kesemuanya ini adalah “simbol” keberadaan diriNya, kenyataan wujud diriNya
kecerdasanNya, kepandaianNya, ketelitianNya
kekuatanNya, kedahsyatanNya kesaktianNya, keluasanNya
kebesaranNya, keagunganNya
dan segala tanda-tanda, lambang, simbol diriNya
akan mampu terbaca ketika membaca alam semesta ini
aku mampu merasakan denyut kehidupan, aku merasakan kepak burung yang terbang
aku merasakan denyut cambah dari biji yang tumbuh, aku merasakan derap lari binatang
aku merasakan gelombang ketika air tersibak saat ikan berenang
aku merasakan kehidupan, aku merasakan semua yang hidup
aku merasakan kehidupan dalam tumbuhan, aku merasakan kehidupan di binatang
karena aku berada dalam lingkaran nafas yang sama dalam perputaran nafas kehidupan
Oksigen yang tengah dipergilirkan adalah perputaran dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lain
dari nafasku ke tumbuhan, ke binatang yang lain, ke tumbuhan dan kembali lagi kepada diriku
ada nafas kehidupan yang sama dalam diriku dengan alam ini, nafas kehidupan
aku merasakan denyut hidup ini, denyut dalam diriku, denyut di alam semesta
aku merasakan tanda-tanda, simbol, lambang dari Sang Pembuat hidup
Dialah Tuhan semesta alam, aku mengenalnya, aku merasakan kehidupannya
aku dalam liputan kehidupannya, karenaNya aku hidup, hidupku adalah milikNya
aku hanya dipinjami hidup, dipinjami kesadaran untuk menikmati hidup ini
aku hanya perlu sadar dan menyerah
menerima Tuhanku, menerima Tuhan yang tak ku tahu
dan membiarkan Tuhanku mengajariku dan akupun berderap dalam derap kehidupan
bersama Tuhanku dengan namaNya, dengan kasih sayangNya
akupun memulai hidup seperti sebuah tombol listrik yang dihidupkan
sebuah cahaya lampu yang berpijar menerangi ruangan
lalu aku melihat semuanya, ruangan yang tadinya gelap
akupun mampu mengenalinya satu demi satu
aku hanya menunggu dan menunggu, berjalan dari satu uang ke ruang lain
meaba-raba dalam gelap di ruang yang baru
sampai tombol lampu dinyalakan, cahaya terang menerangi
itulah cahaya illahi
aku memulai hidup dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang
Dalam setiap perbuatan yang kulakukan dengan sadar, kumulai menyalakan
denyut kehidupan itu seperti menyalakan lampu kehidupan
dengan sebuah menyalakan niat dalam jiwaku:
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Langit membara, memerah saga
membayang sebuah kekuatan yang dahsyat,
nyata dengan sebuah hentakan sederhana olehnya
maka langitpun akan runtuh, melenyapkan segalanya
warna merah, semerah bara, membias dalam kesadaran
berbisik lirih tentang cahaya, andai kau tahu
ketika aku tak hadir lagi, andai matahariku meredup
andai sinarnya tak sampai, maka hendak kemana pula engkau?.
langit tetap diam
berada dalam kepatuhannya
awan tetap berjalan lembut
hujan tetap turun, adakah yang mau menyadarinya
kapankah (kesadaran) kita mau berlari mengejar awan
kapankah(perasaan) kita mau menjemput sinar matahari pagi
kapankah kita mau hidup bergerak bersama gerak kehidupan pagi
kapankah kita mau menikmatinya, kapankah kita merasakan ke “luar biasaan”
saat kita menatap semua hal yang sudah kita anggap “biasa”
kapankah kita terpesona oleh “rumput yang meranggas”
kapankah kita terdiam melihat sebatang pohon (atau cuma lumut?) tumbuh di bebatuan
kapan pula kita berhenti dan memperhatikan kuntum demi kuntum bunga
pernahkah kita tersentuh oleh gugurnya kelopak mawar
mungkinkah kita sadari adanya kuntum melati yang tumbuh di pinggir jalan
atau pernahkah terpikir, bagaimana burung terangkat di angkasa jauh
atau pernahkah menyadari bagaimana mereka mendapatkan rejeki
pernahkah??
kapankah???
sudahkah????
entah dengan kata apalagi harus kuungkap kesedihan
entah dengan kalimat apa lagi harus kukatakan
ketika langit tetap membisu
ketika matahari tetap diam
Ijinkan aku diam untuk menjadi murid lagi disini
ijinkan aku menikmati apa yang akan disajikan oleh Pak Deka
Ijinkan aku menjadi murid dalam sikap berketuhanan
Janganlah pula “mereka” mengira menjadi “murid” itu mudah
ketika rasa tahu itu sudah muncul dan menguasai diri
maka kemegahan rasa tahu akan mebuat menjadi merasa bisa
layaknya mereka yang akan berada di Menara-menara Gading
yang hanya ingin menggurui semata
menjadi murid ada dalam posisi apa-apa
dalam posisi tahu dan tidak tahu
bahkan sesudah makrifat dan lebih lagi
maka semakin menjadi “murid”…
dalam proses Belajar – Mengajar
Menjadi murid alam, menjadi murid dalam sikap berketuhanan
Sebagai persembahan terakhir
dalam tulisan “MENGINGAT ALLAH” ini
akan saya lukiskan sebuah contoh sederhanan
Mengingat ini serupa atau semisal dengan BERNAFAS
Kita bisa “MENYENGAJA” menarik nafas
tarik nafas dalam-dalam, menghirup dan melepaskannya
atau bila sesudah berlari kencang
terasa tersengal-sengal kita menarik nafas secara sengaja
namun tentu saja rasanya berat sekali untuk sengaja
terus menerus menarik nafas dengan sengaja ini..
tapi perhatikan…tanpa kita atur dan tanpa kita perintah
bila tidak kita tutup hidung kita, maka nafas akan mengalir secara otomatis..
demikian pula dengan Mengingat Allah
seluruh sistem ketubuhan kita, sebetulnya secara “FITRAH”
secara otomatis akan selalu terhubung, selalu tersambung
selalu mengingat Allah, alam semesta selalu dalam dzikirnya
tubuh dan raga kita selalu dalam dzikirnya
sayang kita tidak mendengar (tidak menyadari)nya
maka bila kita mampu membuka kesadaran kita
membuka mata bathin kita, maka kita sadar dzikri otomatis raga ini
maka kita akan merasakan gerak MENGINGAT Allah secara otomatis
maka kita seerti tengah sadar merasakan naik turunnya nafas
maka kita secara otomatis akan merasakan “gerak kesadaran”
merasakan gerak kesadaran mengingat Allah secara otomatis.
Inilah khusyu
seumpama rasa cinta
seumpama rasa rindu yang terlalu
maka tidak akan mungkin ditahan
gerak ingat dan rindu iniakan mengalir terus menerus
dan tak mampu ditahan
dan justru kita akan tidak mampu lagi mengingat
saat kapan kita tidak mengingat Allah
saat kerinduan itu telah melumat hati
saat kerinduan telah meliputi
maka mengingat Allah
adaah aliran air keriduan yang mengalir terus menerus
tiada henti dan tanpa usaha apapun
gerak yang mengalir secara otomatis
dan akan terasa betapa nikmatnya rasa cinta
dan akan merasakan nikmat dan bertambah nikmat kerinduan ini
dan akan merasakan pertambahan “rasa khusyu”
bertambah dan bertambah dalam mengingat Allah
Demikianlah
dan ijinkan saya menunggu lagi
diam sebagai murid
membaca apa yang akan disajikan Pak Deka disini
menjadi murid
terima kasih kepada Pak Deka
Mohon dimaafkan bila banyak kata yang tidak tepat
mohon lupakan apapun yang tidak sesuai
apa saja yang bersesuaian dengan pesan Allah
maka itulah Allah yang menitipkan dalam kesadaran
apa saja yang salah adalah ketidakmampuan saya
membaca pesan dan lambang
Saya tidak ingin menyampaikan apapun yang dari saya
apapun yang dari saya tolong hapus dan lupakan
saya hanya berusaha “re-discover”
menemukan pesan yang ada
menemukan pesan lama
menemukan pesan Allah
dan menyampaikan ulang, menyampaikan kembali
bila saja ada sedikit pesan Allah
semoga Allah ridho
namun mungkin karena kebodohan saya
tidak mampu menangkap pesan itu
bila semuanya salah
maka tolong hapus dan lupakan saja semuanya
semoga pula Allah mengampuni kesalahan saya ini
Semoga Allah ridho
Terima kasih buat semua
salam sejahtera
$ang Kelana … m0hon izin..
salam sejahtera wahai sahabat fillah.. dalam goresan pena yang sangat sederhana
izinkan diri menuai bait-bait tersembunyi
pada keindahan dan lukisan aksara
yang telah terangkum dalam tulisan indah
semakin diri menyimak
semakin diri sadar
bahwa ada dan tiada
sangat tipis perbedaannya
kalimat murid dan guru begitu agung menderu
ketika sang rajawali berada diketinggian
ia mampu menukik rendah
pada alas tanah yang rata
saat awan berarak lapis melapis
tak ada yang tersakiti
namun keindahan semakin nyata
semakin tinggi ilmu
semakin mengisi pada ruang-ruang kosong
tanpa mengganggu
tanpa mengusik
namun alunan irama
tetaplah manis semanis madu
ketika isi adalah ruang
ketika ruang penuh
ia tetap leluasa bergerak
bahkan pada tempat
yang paling bawah
jika ada guru ada murid
dari hati kecil terdalam
sang kelana merasa takjub
bahwa disini…
diranah indah tulisan qalam
tertata keindahannya…
sebagaimana ketinggian lebih indah
ketika sifat tawadhu jadi landasan
adalah kebahagian ketika
berada pada landasan
meski puncak telah diraih
duhai penulis qalam ilahi
izinkan sang kelana merangkai kata sederhana
karena sang kelana tak mengerti apa dan siapa
namun panggilan bait-bait indah
pada ranah ini membuat
rangkaian kata menjadi tak terhenti..
adalah proses ketika riyadh dialami makhluk
begitu ingin dekat.. merasa tak berjarak
merasa diri adalah bagian .. dan sejatinya diri
adalah bukan apa-apa
selain penghambaan
begitu nista diri
begitu tak berarti
hingga tak mampu menapak langkah
begitu ringkih
begitu lelah
hingga kadang tak ada kendali diri
sang kelana berjalan dalam dua puluh tahun sia-sia
namun terbuka hijab pada dua tahun penuh makna
begitu pesat hingga lupa dimana berada
akhirnya tetap kembali pada titik nol
titik keseimbangan
bahwa hidup adalah kematian
dan kematian adalah hidup sesungguhnya
sang kelana masih bernafas
sang kelana masih beraktifitas
namun jiwa dan hatinya
bukan miliknya
karena sang kelana
ternyata bukan apa-apa
“mohon maaf zahir dan bathin”
Alhamdulillah,.
Terima kasih, telah dikirimkan oleh Allah banyak pencari kebenaran sejati,.
Seperti halnya kisah yang dialami oleh leluhur kita, Salman Alfarisi
Perjalanan panjang dilaluinya sejak mememluk majusi, nasrani, hingga akhirnya memeluk tubuh Rosulullah, untuk bersahadat..
Memasuki zaman terkini, Allah tetap mengirimkan sosok seperti kakek kita Salman Alfarisi,..
Perjalanan ruhani yang kental akan air mata,.perjuangan panjang yang berujung kebahagian disisi Illahi Robbi..
Terima kasih Mas Deka, juga saudara lainnya dalam blog ini..
Saya banyak belajar.
Assalamu’alaikum wrwb
[…] yang baik dan mudah dipraktekkan bisa kita pelajari dari laman pak Yusdeka Putra disini sekiranya para sahabat mau […]
[…] Anda punya pilihan tertentu yang menurut Anda paling baik bukan? Dan pilihan saya jatuh pada Dzikrullah karena kita sudah tidak terikat lagi pada semua rasa dan pikiran dan dengan mengingat Allah hati […]
[…] Caranya? Anda bisa lakukan seperti yang disampaikan Ustadz Yusdeka di dalam websitenya disini. […]
[…] yang baik dan mudah dipraktekkan bisa Anda pelajari dari laman pak Yusdeka Putra disini sekiranya para sahabat mau […]
[…] Anda bisa lakukan seperti yang disampaikan Ustadz Yusdeka di dalam websitenya disini. […]
[…] yang caranya bisa rutin Anda lakukan seperti yang disampaikan Ustadz Yusdeka dalam websitenya disini. Dengan selalu ingat Allah, kita tidak terikat lagi pada semua rasa dan pikiran dan dengan […]