Kalau kita tidak paham tentang makna dari TAKDIR atau PERAN, maka kita akan selalu BERTENGKAR, RIBUT, BERSELISIH, BERBANTAHAN, CEKCOK, BERKELAHI, dan GONTOK-GONTOKAN, baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah.
Pertama, mari kita lihat bagaimana proses terjadinya pertengkaran diantara sesama manusia:
Berbeda pendapat ataupun hanya sekedar berbeda kalimat-kalimat saja, telah membuat umat manusia ini begitu terkotak-kotak. Yang satu menyalahkan yang lain, yang lain mencela dengan tak kalah sengitnya. Apalagi kalau sudah berbeda bangsa, agama, dan kepercayaan, teruk sekali. Sejarah panjang umat manusia telah membuktikannya dengan telak bahwa perbedaan-perbedaan itu ternyata bisa nyawa yang jadi taruhannya.
Yang paling terasa adalah kalau ada sesuatu label yang bisa kita lekatkan kepada diri kita sendiri, yang biasanya sering kita sebut sebagai milikku, aliranku, kepahamanku, ilmuku, hartaku, anakku, istriku, suamiku, jabatanku, dan atribut-atribut kita yang lainnya, yang kemudian saling bersinggungan dengan orang lain yang juga mengakui hal yang sama sebagai milikmya. Ribut dan gaduh antara kita yang saling mengaku itu sangatlah parah sekali. Kawan bisa jadi lawan, guru bisa jadi musuh, murid bisa jadi saingan, anak pecah hubungan dengan orang tua, diantara sesama saudara jadi bercerai berai, atasan menganiaya bawahan, bawahan menipu atasan, aparat dan kelengkapan negara menghisap darah rahyat, dan rakyatpun menggelepar penuh caci maki dan murka.
Kedua, pertengkaran kita dengan Allahpun tidak kalah sengitnya. Sejuta kata kenapapun membubung tinggi memenuhi angkasa sebagai tanda bahwa kita saat itu sedang protes terhadap kejadian-kejadian yang ada disekitar kita, atau peristiwa yang tidak enak yang langsung menimpa diri dan keluarga kita. Bahkan jejaring sosial pun penuh dengan berbagai status dan artikel yang berisikan kegalauan, kegundahan, dan penuh dengan tanya “kenapa”.
Misalnya, Kenapa gunung ini meletus?, kenapa terjadi gempa?, kenapa ada tsunami?, kenapa harus banyak yang mati terbunuh?, kenapa ada perang?, kenapa anak kecil harus mati?, kenapa banyak wanita harus mati?, kenapa rumahku terbakar?, kenapa aku sakit?, kenapa anakku menderita?, kenapa pasanganku kabur?, kenapa orang tuaku meninggal?, kenapa bangsaku kacau?, kenapa pejabat di negaraku banyak yang korup?, kenapa aku miskin?, kenapa aku harus menderita?, kenapa begini?, seharusnya kan begini..?!, kenapa begitu?, seharusnya kan begitu..?!. Kenapa…?, Kenapa…?. Kenapa … Haa?.
Begitulah kejadian-kejadian yang akan kita hadapi dan sikap yang akan kita ambil selama hidup kita kalau kita tidak paham tentang Takdir dan Peran yang telah Allah tetapkan kepada SELURUH MAKHLUK-Nya di dalam Kitab Yang Nyata (LAUHUL MAHFUZ).
Bahwa semua kejadian itu dan apapun serta siapapun yang terlibat di dalamnya hanyalah SANDIWARA ALLAH belaka. “Sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah PERMAINAN dan SENDA GURAU belaka…”, Muhammad (47): 36.
Tapi, Sandiwara, permainan, dan senda gurau itu begitu sempurnanya, sangat sempurna, sehingga para pemainnya tidak sedikitpun yang menyadari bahwa mereka sebenarnya hanyalah sekedar pemeran atau aktor saja untuk peran-peran tertentu yang telah Allah tetapkan untuk mereka di dalam Lauhul Mahfuz.
Namun, sungguh beruntunglah orang-orang yang menyadari dan mengetahui bahwa semua itu hanyalah senda gurau Allah belaka. “… Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”, Az Zumar (39): 9. Bahwa: “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya…”, Al Isra (17): 13.
Betapa tidak sandiwara, sejak Allah berkata “KUN…”, Allah telah membuka layar kehidupan yang di dalamnya Dia akan bersandiwara kepada Dzat-Nya yang sedikit, sehingga kemudian dari Dzat-Nya yang sedikit itu terzahirlah berbagai CIPTAAN dengan perannya masing-masing, yang harus dijalankan oleh ciptaan itu sesuai dengan SCRIPT, Skenario, atau TAKDIR yang telah ditentukan untuknya.
Setiap pemeran dari peran itu telah diberikan hak dan tanggung jawabnya untuk ia pikul; telah diberikan waktu dan ruangnya untuk ia mengada; telah disediakan fasilitas dan peralatannya untuk ia beraktifitas; telah dibuatkan KEMUDAHAN agar ia bisa menjalankan perannya itu dengan Mudah; dan telah disiapkan pula berbagai cipta dan rasa agar ia bisa berperan dengan TOTAL.
Kun…, saat Dia berfirman kepada sedikit dari Dzat-Nya Yang Maha Agung, maka tertulislah sebuah RENCANA INDUK yang sangat Sempurna, rencana yang tidak ada sedikitpun yang terlupakan, rencana yang tidak bisa berubah sedikitpun dari awal sampai akhir. Rencana Maha Sempurna (Lauhul Mahfuz) yang sudah berjalan dan tinggal menunggu waktu saja lagi untuk terzahir.
Demi Masa…, Wal ‘ashri…, seiring berjalannya waktu, maka terzahir dan terjadilah apa-apa yang harus terzahir dan terjadi…
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi 70 Lapisan Tirai Nur, yang akan menirai Dzat-Nya Yang Maha Agung, agar nantinya semua Ciptaan di dalam tirai itu tidak hangus terbakar saat terpandang Dzat.
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi Arasy…
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi Lapisan Air di bawah Arasy…
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi Sidratul Muntaha…
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi Ruh Muhammad yang diletakkan oleh Allah di Sidratul Muntaha, sambil Ruh Beliau itu menungu proses penzahiran 7 lapis Langit dan bumi, tempat dimana Beliau nantinya TERLAHIR untuk menjadi Rahmat bagi seluruh langit dan Bumi itu.
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi Malaikat, dan juga Jin Azazil (yang nantinya akan berperan sebagai Iblis)
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi 7 lapis langit dan bumi.
… sedikit dari Dzat-Nya yang sedikit, terzahir menjadi segala isi dan perlengkapan yang berada diantara langit dan bumi itu untuk menunggu penzahiran manusia pertama, Adam. Terzahirlah menjadi galaksi-galaksi, bintang-bintang, matahari, planet, bumi, gunung-gunung, lautan, pepohonan, dan berbagai binatang serta hewan.
Sesuai dengan TAKDIRNYA masing-masing, Tirai Nur telah menjalankan perannya dengan sempurna, begitu juga Arasy, lapisan Air di bawah Arasy, Sidratul Muntaha, 7 lapis langit, bumi berserta isi dan perlengkapan yang ada diantara keduanya. Semuanya berjalan begitu sempurna.
Setelah itu, tinggal sekarang menunggu MASA penzahiran pemeran-pemeran utama yang akan meramaikan panggung sandiwara yang salah satu lokasinya adalah di BUMI. Ya Bumi…
Bersambung
setuju sekali, sehingga tidak ada relevansinya orang berdoa dan seandainya orang itu berdoa sebetulnya hanya jalannya skenario dari Allah, demikian juga sikap Fir’oun , nyamuk yang menggigit, kita yang terjatuh, orang yang berselisih, SEMUA TIDAK ADA YANG SALAH, SEMUA ADALAH PERBUATAN ALLAH ITU SENDIRI ! Kalau kita sering menyalahkan berarti tidak menyadari adanya Allah dibalik kejadian itu. Yang tidak menyadaripun tidak salah karena memang skenarionya tidak menyadari. Tidak ada satu halpun yang independen,semua milik Allah semua dalam kendali Allah. Alam semesta ini tidak ada yang ada hanya Allah. terimakasih.
SUPER …….semoga tulisan ini membawa barokah dan banyak manusia yang seharusnya menjadi AKTOR TERBAIK / FI AHSANAH TAQWIN……aamiin.
Mulai dr saya….kemudian….sikap dan pemahaman ini sy transfer ke anak cucu…..syukur2 juga ke teman dekat dan keluarga…..belajar menjadi rahmatan lil alamin skala sgt kecil
Akhirnya muncul juga tulisannya…:-)
Shalat & ibadah saya ga seberapa tapi kenapa tulisan pak deka selalu ngerembes ke pikiran saya?