Alhamduliillahirabbil ‘alamin…, sungguh pema’afan Bapak, Ibu, Saudara(i), telah telah menyebabkan Allah berkenan mengangkat jiwa saya ketempat yang ternyata hanya dihuni oleh jiwa orang-orang yang telah dima’afkan oleh sesama.
Tempat yang sangat berlimpah ruah dengan Daya Kasih dan Sayang Allah sebagai perwujudan dari Nama-Nya Ar Rahman, Ar Rahim.
Tempat Yang sangat dekat dengan “pintu hijab” Sang Raja dan Penguasa Alam Akhirat, Maalikiyaumiddin…, sehingga sayapun menjadi sangat leluasa untuk bersimpuh di depan pintu hijab-Nya itu untuk minta tuntunan, minta petunjuk, minta arahan kepada-Nya ketika saya bingung.
Di tempat itu saya juga menjadi sangat leluasa untuk berlindung, seperti saya sedang berada di dalam Benteng-Nya, ketika saya merasa takut, khawatir, dan sedih atas apa-apa yang datang dan pergi menghampiri setiap langkah yang saya ayunkan dalam menempuh perjalanan hidup saya.
Dan yang tak kalah pentingnya, teramat penting malah, adalah di tempat itu saya menjadi sangat leluasa berdoa agar Allah berkenan melimpahkan Kasih Sayang dari-Nya, Berkah dari-Nya, Kebaikan dari-Nya, Rizki dari-Nya, Kesehatan dari-Nya, Keselamatan dari-Nya, Ampunan dari-Nya buat Bapak, Ibu, Saudara(i) sekalian.
Diatas semua itu, dengan sangat leluasa mengucapkan salam buat Bapak, Ibu, Saudara(i) dengan ucapan: “Salamun qaulan mirrabirrahim…”. Untuk kemudian kita bersama-sama saling memperbaharui iman kita kepada Allah swt dan Rasulnya Muhammad saw.
“Asyhadualla ilaha illallah wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah”.
Lalu kita semua, bersama sama dengan Allah dan Malaikat, bersalawat kepada Rasulullah Muhammad dan Ibrahim beserta keluarga beliau.
Sungguh bahagianya tak terkatakan. Lebih dahsyat ratusan kali dari bahagia tingkat sekresi hormonal akibat pengaruh olah pikir dan olah rasa semata.
Bahagia yang sudah sejak berbilang zaman tidak bisa lagi dirasakan oleh orang-orang biasa seperti kita. Bahagia yang katanya hanya milik Rasulullah, Para Sahabat Beliau, para Wali Allah…
Dan hari ini saya hanya sekedar menyampaikan sebuah kesaksian saya bahwa, bahagia seperti yang Beliau-beliau rasakan itu ternyata juga bisa kita rasakan saat ini. Ya…Sekarang ini. Walaupun kadarnya masih sangat jauh dari bahagia yang Beliau-beliau rasakan.
Karena Rasa bahagia seperti itu ternyata semata-mata hanyalah Pemberian dari Allah sebagai balasan dari-Nya atas keimanan kita kepada-Nya.
Iman kepada Tuhannya Muhammad…
Iman kepada Tuhannya Ibrahim…
Iman kepada Tuhannya Isa al Masih…
Iman kepada Tuhannya Musa dan Harun…
Iman kepada Tuhannya Nabi-nabi dan Rasul-rasul…
Iman kepada Tuhannya Para Malaikat…
Iman kepada Tuhannya alam semesta dan seluruh penghuninya.
Rabbul ‘Alamiin…
Dialah Allah…
Dzat yang hanya dan hanya bisa ditemui di dalam Shalat…
Wassalamamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Deka…
Subhanallah ..walhamdulillah.. Allahu akbar.. terimakasih pak Deka. Saya bisa merasakan kabahagiaan Bapak . Mohon kiranya pak Deka dapat memberikan ulasan tentang hikmah ssling maaf memaafkan diantara sesama, tdk hanya sekedar budaya melalui sms atau kartu lebaran. Terimakasih, wasalam