Setelah itu semua terjadi, energi yang tadinya terkumpul sudah terbebaskan dengan cara-cara yang tidak wajar, maka mulailah muncul hal-hal sebagai berikut. Kalau di dalam ruang otaknya ada sedikit pikiran tentang dosa dan neraka, dia mulai dijalari oleh benih pikiran tentang dosa dan neraka itu. Begitu berpikir tentang dosa neraka itu, maka sebentuk rasa ketakutan muncul di dalam jiwanya. Rasa takut itu menyebabkan adanya sebentuk daya yang menyentuh otaknya. Daya itu kemudian menyalakan kode DNA yang akan mengurangi suplai energi di dalam darah dan di dalam sel-sel tubuhnya. Karena darah dan sel-sel tubuhnya kekurangan energi maka dia akan gelisah. Dalam kegelisahan itu muncul rasa penyesalannya. Kalau rasa penyesalan sudah muncul, maka pikirannya mulai bekerja untuk membawanya berkelana mencari cara-cara pemaafan dari rasa berdosanya itu.
Boleh jadi kemudian dia akan lari ke agama. Dia rajin shalat dan mengaji. Sepintas dia akan kelihatan telah berubah menjadi orang yang sangat baik dan shaleh. Akan tetapi tombol fitrahnya untuk berkembang biak telah terlanjur menyala. Cuma saja salurannya adalah saluran yang salah. Sehingga secara berkala “daya” untuk berkembang biak itu kembali akan menyalakan kode-kode DNA tertentu agar otaknya kembali mengeluarkan hormon-hormon dan enzim yang diperlukan untuk proses perkembangbiakan itu. Apalagi kesempatan untuk itu ada.
Daya itu kembali akan bekerja dengan cara-cara yang sama seperti diatas. Tak terlawan. Makanya dimasyarakat dikenal istilah TOMAT BALI, tobat lalu komat kembali. Adakalanya orang terlihat baik dan shaleh, akan tetapi pada kesempatan lainnya nafsu syahwatnya muncul kembali tak tertahankan. Kalau dia tidak menemukan cara yang tepat untuk keluar dari keadaan seperti itu, maka keadaan seperti diatas akan terjadi kembali secara berulangkali. Itu bisa terjadi dari hari kehari, dari bulan ke bulan, bahkan dari tahun ketahun. Dan itu baginya sangat melelahkan sekali.
Pengaruh pada fisiknya juga terjadi. Tubuh dan seluruh instrument ketubuhannya akan mengikuti dorongan hawa nafsu, yang sebenarnya murni untuk berkembang biak, menjadi hawa nafsu yang tak terkendalikan terhadap lawan jenisnya. Matanya, ucapannya, tangannya, dan bahkan semua tubuhnya akan berperilaku lebih dari pada seperti yang dilakukan oleh binatang terhadap pasangannya dan terhadap lawan atau saingannya. Matanya liar, ucapannya tidak senonoh, pikirannya licik, dan dia akan mudah sekali marah bahkan sampai berkelahi, baik itu perkelahian secara fisik ataupun hanya sekedar perang kata-kata.
Yang lebih tragis lagi adalah andaikata saat itu sunatullah lain terjadi. Seorang calon bayi berhasil tertanam di rahim seorang perempuan, baik itu pada istrinya yang sah (bagi yang sudah punya istri) maupun yang bukan istrinya, maka sang bayi membawa serta pula kode genetik DNA yang sudah menyala dari kedua orang tuanya yang cenderung suka kepada perzinaan itu. Sehingga keturunannya, mungkin sampai keanak cucunya kelak bisa diperkirakan akan cenderung pula kepada perzinaan. Kecuali kalau Allah sendiri yang berkehendak untuk memutus rantai kode genetik itu, untuk kemudian keturunannya bisa menjadi orang yang baik dan benar.
Siapapun yang sedang menjalani siklus kehidupan seperti ini, baik itu dia pezina dan peselingkuh betulan, atau dia hanya sekedar mendekati zina saja (pezina imaginer), mulai dari saat dia bangun tidur sampai dia tidur kembali selama bertahun-tahun, maka dia akan selalu berada dalam ruang kehidupan yang dipenuhi oleh kepedihan. Sel-sel tubuhnya mudah sekali kekurangan energi. Dia akan cepat bosan dan capek dengan segala kehidupannya. Itulah kemudian yang menyebabkan dia ingin mendapatkan energi kembali dengan cara mengulangi perilakunya yang tidak baik itu. Karena disitu memang penuh dengan daya dan kekuatan yang tak terbendung dan sangat dahsyat. Daya untuk berkembang biak. Daya yang juga mengalir di dalam tubuh seluruh binatang. Dia akan diikat dan dikendalikan oleh daya itu sepanjang hidupnya, kalau dia tidak mau berubah…
Tapi bedanya antara manusia dengan binatang adalah bahwa kalau pada manusia setelah itu dia akan menyesal, dia akan didera oleh rasa takut, dia akan berusaha untuk keluar dari tragik kehidupannya sebagai penghamba hawa nafsu syahwat dengan cara-cara yang keliru itu. Sedangkan pada binatang semua penyesalan itu tidak ada. Kalau di dalam diri kita juga tidak muncul penyesalan sedikitpun, akankah kita mau disamakan dengan binatang, balhum adhal…, bahkan lebih, menurut kata Al Qur’an?.
Hanya saja, sayang sekali tidak banyak orang yang bisa melihat mutiara yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ketika Beliau berhasil mengubah para sahabat Beliau yang tadinya hidup dalam periode jahiliah seperti diatas menjadi pribadi-pribadi yang bisa menjadi contoh bagi kehidupan umat manusia sampai sekarang…
Bersambung…
Deka…