Participants:
————-
¥usdeka aja, IB
Messages:
———
IB: Assalamualaikum wr.wb. Sore sore menjelang malam. Tidak seperti biasanya sore ini ada sedikit daya untuk melanjutkan. Sedikit saja. Tapi bisa juga banyak. Mari kita lanjutkan saja perjalanan menembus alam-alam itu.
IB: Setiap ada ada dualitas yg meliputinya. Materi ada siang malam gelap terang dsb. Energy ada panas dingin dsb. Demikian pula alam ilmu ada dualitas baik buruk.
¥usdeka aja: Lanjut mas
IB: Ilmu dimana ilmu itu?. Milik siapa?. Bagaimana bentuknya, dimensinya. Namun lihat realitas alam ilmu ini. Peradaban manusia telah digelar.
IB: Realitas ilmu menjadi sebuah teknologi. Kemajuan. Perkembangan ilmu pengetahuan luar biasa.
IB: Namun akhirnya mengerucut menjadi dualitas lagi positif negatif. Baik buruk.
IB: Dua sisi berlawanan yg kadang sulit dibedakan. Maka peperangan peradaban mulai digelar. Perang kesadaran. Yang berujung kepada material dan spiritual. Dua kutub yang selalu berperang dengan cara dan metode beda.
IB: Lalu bagaimana ketika kita masuk ke alam ilmu?. Lalu kita jumpai ilham kefasikan dan ilham ketakwaan?. Maka tinggalkan alam ilmu. Masuki alam lebih tinggi seperti cerita saya kemarin. Hanya mampu dengan bantuan sholawat memasuki alam sebelum menjadi ilmu atau sebelum membentuk informasi.
IB: Kemarin mas Deka menjelaskan alam ini. Saya lupa namanya. Alam ini harus dimasuki dengan syahadat. Alam syahadat. Namun saya pakai istilah alam kehendak atau alam potensi. Dimana akan mampu terbaca kun atau kehendak Allah yang belum membentuk dualitas.
IB: Kalau kita berada di alam dualitas maka akan memiliki rasa tergantung yg kita hadapkan. Baik buruk. Benar salah. Yang akan memiliki kutub dan akan menyebarkan radiasi.
IB: Kita ingat informasi menjalar dlm bentuk energy. Energy elektromagnetis misalnya ketika menguat bisa menjadi Laser. Bisa membawa jutaan informasi serat optis dsb.
IB: Ketika kita masuk di alam ilmu untuk membaca informasi maka sudah terlambat untuk melepas pengaruh radiasi kutub positif negatif dan kita terbawa radiasi rasa.
IB: Maka harus masuk ke alam kun atau kehendak yg masih berupa kode. Entah itu kode DNA atau kode atom. Atau lebih kecil lagi.
IB: Kesadaran ketika masuk kesini. Seperti yg saya rasakan kemarin. Tidak mendapatkan rasa apapun. Tidak ada lagi dualitas. Tidak ada apapun.
IB: Namun setelah kembali dari alam ini masuk terbawa oleh energy. Seolah kita tidak merasakan apapun.
IB: Berubah menjadi getaran dan meliputi seluruh kesadaran. Meliputi alam energy kita. Meliputi alam materi kita. Berada di semua kesadaran. Baik itu kesadaran akal. Kesadaran jiwa dan kesadaran ruh. Informasi ini ada dalam sebuah dimensi “keyakinan”.
IB: Meliputi semua kesadaran dan diatas semua alam.
IB: Kira-kira demikian perjalanan kemarin. Dan informasi itu berupa rasa tahu yang selaras dengan kehendak Allah.
IB: Ada orang yang tidak tahu dan dia tidak tahu kalau tidak tahu. Ada yang tahu kalau tidak tahu.
IB: Ada yang tidak tahu kalau dia tahu. Dan ada yang tahu kalau dia tahu. Diatas itu ada yang tahu dan sadar kalau dia selaras dengan kehendak Allah.
IB: Dengan masuk ke alam kun (kehendak) ini kita bisa selaras tanpa perlu usaha apapun. Karena belum ada dualitas. Yang ada adalah selaras.
IB: Sayang rasa tahu atau informasi (kun) ini bukan kehendak kita. Jadi kita hanya diperjalankan atau dipersilahkan masuk dan diberi kun ini. Dan tidak memiliki arti atau rasa apapun ketika diterima. Namun ketika keluar dari alam tersebut baru berwujud energy.
IB: Inilah modal dasar kita dalam era perang informasi yg sedang akan mulai terjadi atau tengah terjadi. Perang kesadaran yang akan menghancurkan jiwa. Saya pernah mengalaminya dahulu.
IB: Oke. Kira-kira bagaimana pandangan mas Deka. Ini saya coba menulis ulang perjalanan kemarin itu.
IB: Ada satu sisi yang belum mampu saya amati yaitu ketika kun akan berubah menjadi sebuah informasi. Bagaimana mengamatinya karena tdk ada apa-apa.
¥usdeka aja: Inilah yang namanya refreshing mas IB. Saya membaca uraian mas IB ini, seperti ikut arus sungai menuju lautan saja. Ikut arus yang pernah saya alami. Tapi masuknya kok lebih dalam gitu ya.
IB: Mungkin karena saya mengamatinya dg serius.
IB: Atau mungkin karena saya baru kali ini mengamatinya. Banyak kemungkinan. Mungkin juga tidak seperti itu.
¥usdeka aja: Iqraa itu artinya membaca sesuatu sampai kita dimengertikan ‘keadaannya’ dengan tepat, sehingga kemudian kita bisa membahasakannya dengan bahasa kita sendiri,
¥usdeka aja: Syaratnya hanya dengan tidak membawa bawa pengetahuan kita yang sudah ada. Harus mulai dari wilayah ketidaktahuan murni yang seperti mas IB lalui. Lalu Allah sendiri menganugerahkan pengetahuan itu kepada kita dengan jalan memasukkan kita kedalam keadaan tentang apa yang akan diajarkan Allah kepada kita. Dan setelah itu selalu ada pertanyaan yang sangat mendasar: “bukankah Aku Tuhanmu???”. Sehingga jawaban kita mau tidak mau ‘benar ya Allah..’
¥usdeka aja: Sesederhana itu islam sekarang yang saya pahami mas IB.
IB: Benar. Saya menyaksikan hal yg sama.
IB: Oke. Besok dilanjutkan lagi mas. Terima kasih.
¥usdeka aja: Oke disini juga sdh mau magrib. Salam buat keluarga semua::)
IB: 🙂
Wassalam
Deka & IB
Terima kasih, Pak IB dan Pak Deka atas sharenya selama ini. Ijinkan saya bertanya, bagaimana menyadari mengalirnya pengajaran dari Alloh…?
Assalamu alaina ‘ala ibadillahi sholihin.