Perbedaan antara keadaan Iman dan keadaan Kafir itu nyaris sama dengan perbedaan antara keadaan saat kita hidup didaratan yang penuh dengan udara segar dengan keadaan saat kita menyelam tanpa bantuan alat apa-apa didalam air. Saat kita berada didaratan, kita bisa dengan bebas dan nyaman menghirup nafas, hidup, berjalan, dan juga berkarya dengan sangat mudah dan leluasa. Akan tetapi saat kita berada didalam air tanpa bantuan alat apa-apa, kita bisa bertahan hidup dan berkarya hanya dalam hitungan detik atau menit saja. Dalam sejekap dua kejap kemudian kita akan megap-megap. Kita akan tersiksa…
Kalau batas antara udara dan air masih bisa kita lihat. Namun sayangnya antara keadaa IMAN dan keadaan KAFIR itu keduanya hanya dibatasi oleh selapis LABIRIN yang sangat tipis dan tidak kelihatan oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, dan tidak terwakili oleh kata dan aksara. Dan memang disinilah umumnya letak kekeliruan kita umat islam ini ketika kita ingin memahami tentang IMAN dan KAFIR ini. Yaitu kita ingin memahaminya melalui olah pikir, olah intelektual, olah mata, dan olah telinga. Artinya disini kita salah dalam memakai alat untuk mengolahnya, sehingga hasilnya juga tidak maksimal dan bahkan sering salah.
Padahal Al Qur’an paling tidak di lima ayat berikut ini sudah menyatakannya dengan sangat terang benderang:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya (SADRAHU, SUDUR, DADA) untuk (menerima) agama Islam lalu ia (DADA ITU) mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az Zumar 22).
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (Az Zumar 23).
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk patuh (aslamna)”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Hujuraat 56).
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (Al Fath 4).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (al Anfaal 2)”
Muatan kelima ayat ini sebenarnya sangat sederhana sekali. Bahwa kita hanya tinggal bersedia menghadap kepada Allah dengan tepat dan lurus (hanif), lalu Allah sendiri yang akan membuka dan menyinari SUDUR (dada) saya sehingga dada kita menjadi lembut, lunak, dan cair. Dada yang seperti inilah yang akan mampu menangkap, dan menerima turunnya petunjuk dari Allah. Yaitu untuk menerima KEADAAN atau SUASANA yang sebenarnya dari perkataan-perkataan Allah, ilham-ilham Allah, yang dari dulu sampai sekarang dan masa datang yang tetap akan sama dan tidak berubah.
Bersambung
Deka
Maaf Pak, sepertinya ada yg salah ketik tuh, Al Hujuraat 56, mungkin yg betul Al Hujuraat 14