POSITIONING
Ada pertanyaan sederhana dari Pak Sofuani Bachsin:
“Menumbuhkan & melatih lalu mengelola kesadaran tuh bagaimana yak?”.
Jawaban singkat saya:
Pak S Bachsin yang dirahmati Allah.
Yang saya lakukan…, ya saya latih terus menerus, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur kembali.
Tapi semua itu mulai dari saya paham dulu sampai yakin seyakin-yakinnya tentang alamat tempat bergantung saya. Al Qur’an mengatakan WA’TASHIMU BILLAH…, bergantunglah, berpegang teguhlah kepada Allah. Lalu saya ikuti saja perintah ayat itu.
Jadi syarat awalnya hanya satu yaitu, tentang Allah kita harus sudah final. Tidak ada lagi pertanyaan kita tentang dimana Allah, tentang bagaimana kita berjumpa dan menghadap Allah, tentang bagaimana Allah merespon kita. Tinggal GO saja. Just do it…!, Menghadap Allah dan berbuah DERR.
Nah…, sebelum turun dari tempat tidur saya positioning dulu sampai DERR. Ini butuh 1-3 menit. Ada muncul suasana syukur yang penuh sukacita, yang kalau dibahasakan jadi sebentuk do’a: “Alhamdulillahilladzi ahyanaa ba’damaa amaatanaa wailaihinnusyuur…”. Lalu baru saya turun dari tempat tidur dan beraktifitas sambil saya pertahankan suasana DERR itu. …
Suasana DERR itu kemudian diperkuat lagi dalam setiap shalat, dan juga dalam wirid-wirid sederhana seperti Subhanallah…, Alhamdulillah…, Laa ilaha Illallah…, Alahu Akbar…!. Singkat saja, tapi ada DERR nya. Kalau tidak ada DERR nya artinya itu kita sedang NGELINDUR.
Lalu saya positioning bahwa apapun yang saya lakukan hari ini hanya dan hanya karena saya semata-mata adalah hamba Allah. Saya siap untuk merangkai karya, cipta, dan karsa: “tugas hamba hari ini apa ya Allah…, DERR. Tuntun saya ya Allah…, DERR…
Saya lalu menarik nafas dengan sukacita, memandang istri dan anak dengan sukacita, kadang main GOLF dengan sukacita, sarapan dengan sukacita. DERR…
Saat berjalan ketempat kerja, ditempat kerja, sampai pulang lagi kerumah, saya coba mempertahankan suasana DERR itu.
Sesekali suasana DERR itu ada copotnya juga sih, dan itu akibatnya langsung terasa. GARING banget. Buru-buru saya positioning lagi agak sejenak. DERR lagi, dan tubuh ini terasa ringan sekali. Tubuh saya seperti dilewati oleh angin begitu saja. Karena RUH maknanya adalah ANGIN (RIH).
Saat mau tidur, saya “pandang” sekilas tubuh saya dan berkata: “Wahai tubuhku, rihlah lah, rehatlah, istirahatlah, rahmat Allah bersamamu. Kemudian saya menyampaikan kesiapan saya kepada Allah: “Saya siap ya Allah…, ambillah…, aku adalah milikmu, tempat kembaliku yang paling hakiki adalah disisi-Mu…, DERR”, lalu saya lenyap dalam hitungan belasan detik. Saya seperti berlalu bersama angin, kembali kerumah Angin, pulang kerumah Nafas.
Tidak ada mimpi, tidak ada apa-apa…. Bangun tidur, terasa seperti dirembesi gitu…, DERR…, DERR…
Begitulah siklus yang saya lakukan kalau saya terjemahkan kedalam bentuk kata-kata Mas Sofuani. Sedangkan suasana yang sebenarnya jauh lebih sederhana dari itu…
Terakhir, kalaupun ada orang yang tidak cocok dengan apa-apa yang saya lakukan ini, ya monggo saja. Dan saya juga tidak tahu apakah hal seperti ini ada referensi dari Al Hadist atau ayat Al Qur’annya.
Wallahu a’lam.
Salam
Deka
Jl. Kabel No. 16, Cilegon
Jam 12:00, Hari 20, bulan 03, tahun 2010
Tinggalkan Balasan